“Belajar Dari Sejarah”
Mazmur 78
Bpk. Harry Limanto
Mazmur ini bercerita tentang sejarah kasih setia Allah yang besar yang telah dikaruniakan-Nya kepada Israel. Dalam mazmur sebelumnya, pemazmur menceritakan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dikerjakan Allah di masa lampau, untuk menguatkan dirinya sendiri dalam masa kesusahan. Dalam mazmur ini ia meneruskan kembali pokok bahasan yang sama, untuk membangun jemaat, dan menguraikannya secara panjang lebar. Dengan cara ini ia tidak saja menunjukkan betapa baiknya Allah selama ini kepada mereka, yang merupakan suatu pertanda akan kasih setia-Nya yang tiada berkesudahan, tetapi juga mau memperlihatkan betapa rendahnya sikap mereka terhadap Allah. Ia menegur dan meluruskan perbuatan mereka itu dan melarang mereka untuk berkeluh kesah.
I. Pendahuluan dari sejarah jemaat ini, untuk meminta angkatan sekarang memperhatikannya dan mengajak angkatan-angkatan berikut untuk mempelajarinya (ay. 1-8).
II. Sejarah itu sendiri dari Musa sampai Daud. Sejarah ini dimasukkan ke dalam mazmur atau nyanyian supaya dapat diingat dan diteruskan kepada angkatan selanjutnya secara lebih baik. Juga, supaya dengan menyanyi-kannya hati mereka akan lebih tergerak oleh hal-hal yang disampaikan di sini daripada jika hanya dengan diceritakan saja. Tujuan umum dari mazmur ini ada dalam ayat 9-11, yang secara khusus membahas teguran terhadap mereka yang melupakan segala kasih setia Allah kepada mereka pada zaman dulu.
1. Apa perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dikerjakan Allah bagi mereka dalam membawa mereka keluar dari Mesir (ay. 12-16), dengan menyediakan keperluan mereka di padang gurun (ay. 23-29), mengirimkan tulah dan menghancurkan musuh-musuh mereka (ay. 43-53), dan pada akhirnya menjadikan mereka pemilik tanah perjanjian (ay. 54-55).
2. Betapa tidak bersyukurnya mereka kepada Allah atas kebaikan-kebaikan-Nya terhadap mereka, dan betapa banyak serta besarnya kesalahan-kesalahan mereka yang membangkitkan amarah-Nya. Bagaimana mereka bersungut-sungut kepada Allah dan tidak mempercayai-Nya (ay. 17-20), dan hanya berpura-pura bertobat dan berserah diri ketika Dia menghukum mereka (ay. 34-37). Semua ini begitu menyusahkan hati-Nya dan mencobai-Nya (ay. 40-42). Bagaimana mereka menentang Allah dengan berhala-berhala mereka setelah sampai di Kanaan (ay. 56-58).
3. Bagaimana Allah dengan adil telah menghukum mereka atas dosa-dosa mereka (ay. 21-22) di padang gurun, dengan membuat dosa mereka sebagai penghukuman mereka (ay. 29-33), dan juga pada saat ini, pada waktu belakangan ini, ketika tabut perjanjian direbut oleh orang-orang Filistin (ay. 59-64).
4. Betapa Allah dengan penuh rahmat telah menyayangi mereka dan kembali kepada mereka dengan belas kasihan-Nya, kendati dengan perbuatan-perbuatan mereka yang membangkitkan amarah-Nya. Ia sudah mengampuni mereka sebelumnya (ay. 38-39), dan pada akhirnya Ia telah mencabut penghakiman-penghakiman yang telah mereka timpakan ke atas diri mereka sendiri, dan menjadikan mereka sebagai satu jemaat dan bangsa yang berbahagia (ay. 65-72).
Tuhan kita berdaulat dalam hidup umat-Nya. Di padang gurun pun Dia sanggup mengadakan yang tidak mungkin ada, misalnya makanan, minuman dan hal-hal lain yang dibutuhkan. Juga perlindunganNya dalam menghadapi bahaya (musuh, dll). Demikian juga dalam perjalanan hidup kita hari ini dalam mengikut Kristus. Jika kita melihat Mat. 8,9, maka kita bisa melihat dalam Dia menyatakan kedaulatanNya dalam berbagai peristiwa, misalnya:
1. Mat. 8:1-4 -tentang orang yang sakit kusta disembuhkan. Mat. 8:5-23 – tentang hamba perwira yang disembuhkan. Mat. 8:14-17 – tentang mertua Petrus disembuhkan. Ini menunjukkan kedaulatan-Nya terhadap segala penyakit.
2. Mat. 8:23-27 – tentang kedaulatanNya terhadap alam semesta. Teknologi yang paling muktahir tak sanggup menjinakkan alam jika bergejolak.
3. Mat. 8:28-34 – tentang kedaulatanNya terhadap setan. Setanpun tunduk kepada Tuhan Yesus.
4. Mat. 9:1-8 – tentang kedaulatanNya dalam mengampuni dosa manusia. Yang bisa mengampuni dosa hanya Allah.
Jika kita memiliki Tuhan yang begitu rupa kedaulatan-Nya. Apa yang perlu kuatirkan dalam hidup kita. Perlakuan Tuhan kepada umat-Nya tidak mungkin salah! Hanya kita yang belum mrmahaminya tetapi sudah marah/memberontak dan beranggapan bahwa Tuhan tidak mengasihi kita. TIDAK ADA RENCANA TUHAN YANG JAHAT/BURUK UNTUK UMATNYA/ANAK-ANAKNYA!!!. Belajarlah terus taat dan terus berpengharapan. Kebaikan-kebaikan yang telah diberikan seharusnya kian meneguhkan iman kita bahwa Dia sangat setia memelihara hidup kita.
Bangsa Israel telah banyak menerima kasih karunia-Nya yang limpah tetapi respon-respon mereka tatkala menghadapi kesulitan sama sekali penuh dengan kemarahan yang meragukan kapasitas Tuhan yang tak terbatas tersebut yang memungkinkan melakukan dari yang TIDAK MUNGKIN menjadi MUNGKIN. Percayakanlah hidup kita hanya kepada-Nya.
=HL=