Ringkasan Kotbah

Tolonglah Kami, Ya Allah, Penyelamat Kami
Mazmur 79
Pdt. Ezra Rinaldi

KEADAAN TIDAK SELALU SEPERTI YANG KITA INGINKAN
Kita menginginkan keadaan yang baik. Namun, berbicara secara kenyataan sehari-hari, keadaan tidak selalu seperti yang kita inginkan. Seperti inilah keadaan bangsa Israel sebagaimana yang dituliskan oleh pemazmur.



KEADAAN BANGSA ISRAEL
Melalui Mazmur 79, kita dapat menyimpulkan keadaan yang dialami oleh bangsa Israel pada saat itu:
1.    Dihancurkan
Pada ayat 1 dan 7 kita menemukan catatan bahwa bangsa Israel sedang mengalami keadaan dihancurkan. Bait kudus, kota Yerusalem, serta tempat kediaman Israel sedang mengalami kehancuran.
 
2.    Dibinasakan
Tidak hanya dihancurkan, bangsa Israel sedang mengalami keadaan dibinasakan. Hal ini kita ketahui dari pernyataan pada ayat 3 dan 7 yang menunjukkan bahwa nuansa kematian dan kebinasaan sangat kental. Gambaran tentang mayat dan tubuh yang diserahkan sebagai makanan binatang-binatang liar menjadi petunjuk akan kesimpulan poin ini.  

3.    Dipermalukan
Bukan hanya dihancurkan dan dibinasakan, sebagian kecil bangsa Israel dibiarkan hidup untuk dipermalukan. Hal ini seperti ungkapan pemazmur yang menyatakan bagaimana keadaan mereka menjadi cela dan olok-olok. Sebagai tambahan, pada masa itu adalah hal yang biasa untuk membiarkan beberapa musuh untuk hidup dalam keadaan dipermalukan.

KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG KITA INGINKAN
Mengambil jeda sejenak untuk merenungkan tentang keadaan, kita dapat berkata bahwa: keadaan dihancurkan, dibinasakan, dan dipermalukan bisa terjadi pada siapapun. Melihat kenyataan hidup, kita dapat menjumpai bahwa orang yang salah dapat mengalami keadaan dihancurkan, dibinasakan, dan dipermalukan. Membaca Mazmur 79, kita juga dapat menemukan bahwa orang saleh pun dapat mengalami keadaan dihancurkan, dibinasakan, dan dipermalukan.
Keadaan dihancurkan, dibinasakan, dan dipermalukan juga dapat terjadi pada hal apapun. Keadaan itu bisa terjadi dalam urusan pribadi, bisa terjadi dalam urusan relasi, dan bisa terjadi dalam hal apapun.
Pertanyaan untuk direnungkan, ketika keadaan tidak seperti yang kita inginkan, apa yang harus kita lakukan? Ada 3 hal yang dapat kita lakukan:
1.    Jangan Bunuh Diri
Mengalami keadaan yang tidak diinginkan, pada titik-titik tertentu dapat  membuat kematian itu begitu menarik. Itulah sebabnya, ada temuan yang berkata bahwa tiap 30 detik ada orang yang berpikir untuk bunuh diri. Meski demikian, keadaan yang tidak kita inginkan tidak seharusnya membuat kita mengambil keputusan untuk bunuh diri. Setidaknya ada 4 (empat) alasan mengapa tidak boleh bunuh diri:
a.    Hidup ini adalah milik Tuhan. Oleh karena itu, tidak patut bagi kita untuk mengambil apa yang bukan milik kita.
b.    Kristus mati supaya kita hidup. Kematian bukanlah yang dikehendaki Allah.
c.    Masalah sifatnya hanyalah sementara. Oleh karena itu Pengkotbah berkata, “anjing hidup lebih baik daripada singa mati” karena selama masih hidup masih ada kesempatan.
d.    Setan akan bertepuk tangan ketika kita memilih untuk mengakhiri hidup karena itu adalah keputusan pribadi kita.

Ketika keadaan tidak seperti yang kita inginkan, tetaplah hidup!

2.    Ingat Tuhan
Membaca Mazmur 79, hal lain yang bisa kita lakukan adalah ingat Tuhan. Mazmur 79 adalah mazmur doa. Doa adalah salah satu wujud kita ingat Tuhan.

Ketika keadaan tidak seperti yang kita inginkan, berdoalah!

3.    Belajar Dari Pemazmur
Selain tetap hidup dan berdoa, kita juga dapat belajar dari pemazmur. Mazmur 79 secara sederhana adalah mazmur yang terdiri dari 2 (dua) bagian. Bagian pertama adalah ayat 1-7 yang berisi tentang keadaan bangsa Israel. Bagian kedua adalah ayat 8-13 yang berisi tentang permintaan Asaf (dapat dibaca: bangsa Israel).

Ada 4 (empat) pelajaran yang dapat kita peroleh dari permintaan pemazmur, yaitu:
a.    Introspeksi
Dalam ayat 8-9 dituliskan: “Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami;
Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami”. Permintaan seperti ini dapat muncul karena adanya introspeksi yang dilakukan oleh pemazmur.

Dalam hidup ini, keadaan yang tidak kita inginkan bukan hanya dapat terjadi karena orang lain tapi juga dapat terjadi karena diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita perlu introspeksi.
 
b.    Rendah Hati
Dalam ayat 9, pemazmur meminta, “Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami”. Permintaan ini dapat muncul dari sebuah kerendahan hati karena menyadari bahwa manusia adalah manusia dan Allah adalah Allah. Manusia terbatas tapi Allah tidak terbatas. Manusia sedikit bisa tapi Allah mahabisa. Oleh karena itu, meminta tolong kepada orang lain tidaklah keliru, tapi kita perlu menyadari bahwa orang lain pun tetaplah manusia yang memiliki keterbatasan.

Kita perlu belajar dari pemazmur untuk rendah hati.  

c.    Tetap Kuat
Dalam ayat 11 dituliskan, “Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan;
biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh!” Permintaan ini bukanlah permintaan untuk lepas dari persoalan tapi permintaan untuk bisa tetap kuat ketika menghadapi persoalan yang tidak mudah. Tetap kuat ketika kondisi berat dapat terjadi karena ada keyakinan bahwa Tuhan mendengarkan dan memperhatikan umat-Nya. Contoh tokoh yang tetap kuat ketika menghadapi persoalan yang tidak mudah adalah Yusuf anak Yakub. Meski ia berada dalam tahanan—yang pada saat itu kesempatan untuk keluar dapat dikatakan tidak ada—ia tetap memberikan bantuan kepada orang lain.

Dalam kehidupan, tidak jarang masalah dapat dihadapi dalam waktu yang lama atau malah tidak tahu kapan berakhirnya. Namun, ketika itu terjadi, kita perlu belajar dari pemazmur untuk tetap kuat. Kita dapat tetap kuat karena kita tahu bahwa Tuhan mendengarkan dan memperhatikan kita.

d.    Besar Hati
Pelajaran keempat yang bisa kita peroleh dari permintaan pemazmur adalah untuk berbesar hati. Pemazmur meminta agar Tuhan membalaskan perbuatan yang telah dilakukan bangsa-bangsa lain yang telah menghancurkan, membinasakan dan mempermalukan mereka. Sederhananya, pemazmur meminta keadilan dari Tuhan. Melalui permintaan ini kita mengetahui bahwa Tuhan tidaklah melarang seseorang untuk menaikkan doa yang memohon pembalasan dari Tuhan. Namun, sejenak merenungkan tentang pengabulan doa, yang menentukan pengabulan doa adalah Tuhan sendiri. Tuhan bisa saja mengiyakan permintaan pemazmur. Namun, Tuhan juga bisa mengiyakan permintaan pemazmur dengan cara yang lain. Tuhan bisa saja menjawab doa pemazmur tidak dengan menghancurkan bangsa-bangsa yang lain tapi menghancurkan kejahatan dari bangsa-bangsa lain. Contoh akan hal ini dapat diketahui dari Saulus yang semula adalah penganiaya jemaat. Namun, Tuhan tidak menghancurkan Saulus, Ia mempertobatkan Saulus. Sehingga Saulus tidak lagi menjadi penganiaya jemaat melainkan peluas jemaat. Dengan demikian, kita perlu belajar berbesar hati untuk menerima jawaban Tuhan, meski itu mungkin tidak seperti yang kita inginkan.  Dalam keadaan yang tidak seperti diinginkan, kita perlu belajar berbesar hati menerima apapun jawaban Tuhan atas doa dan permohonan kita.

Bagaimana dengan keadaan Saudara hari ini? Ketika keadaan tidak seperti yang Saudara inginkan, mari ingat 3 (tiga) hal yang untuk dilakukan serta 4 (empat) pelajaran yang bisa kita pelajari dalam menjalani hidup ini. Amin.

=ER=

Menu Utama

Sedang Online

We have 31 guests and no members online