“Rahasia Hidup Bahagia”
Yohanes 17:6-19
Oleh: Pdt. Anni P. Saleh
PENDAHULUAN
Hubungan apa yang terdapat antara pembacaan Alkitab hari ini dengan tema tersebut di atas.?
Bila kita beranggapan bahwa kebahagiaan adalah kemapanan, ketersediaan segala sesuatu yang kita inginkan dan terpenuhinya apa yang kita harapkan, maka kita tidak akan menemukan hubungannya. Namun, bila kita dengan terbuka mau merenungkan ayat-ayat tersebut sebagaimana adanya, maka kita akan memahami maksudnya. Untuk itu, mari kita mulai merenungkannya.
PEMBAHASAN
Secara keseluruhan, Yohanes 17 menuliskan doa Yesus. Ada tiga pokok doa besar di dalamnya, yaitu : Yesus berdoa bagi diri-Nya sendiri (ayat 1-5); Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya (6-19) dan Yesus berdoa bagi kesatuan orang percaya (ayat 20-26).
Dikatakan bahwa Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya adalah benar, karena pendengar pertama pada waktu itu adalah murid-murid-Nya. Namun bukan hanya bagi mereka, karena Yesus menghubungkan pemahaman tentang kata “mereka” itu dengan “... semua orang yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia” (ayat 6). Jadi, istilah muridmurid-Nya dalam hal ini menyangkut orang percaya sepanjang zaman.
Apa isi doa yang dipanjatkan Yesus kepada Bapa?
1. Tentang relasi yang terdapat antara Bapa, Yesus dan murid-murid-Nya (ayat 6-8)
Yesus bukan memohon tanpa alasan. Ada relasi yang terdapat di antara ketiga pihak tersebut di atas. Relasi itu terjalin karena Bapa memilih orang-orang berdosa untuk menjadi milik-Nya. Relasi itu seharusnya tidak bisa terjadi, karena Allah kudus dan manusia cemar oleh dosa. Tetapi Allah memberikan mereka kepada Yesus untuk ditebus, sehingga terbuka jalan bagi manusia untuk berelasi dengan Allah.
Yesus menyebut orang-orang yang ditebus-Nya itu sebagai milik Bapa dan milik-Nya. Kata Yunani “tereo” yang diterjemahkan dengan kata “milik” sedikitnya mempunyai dua makna. Yang pertama, menyangkut pemeliharaan Bapa. Ia memelihara, mengawasi, melindungi dan membuat miliknya itu tidak dapat dirusak oleh apapun. Kedua, berkenaan dengan kepemilikan itu sendiri. Orang-orang yang percaya kepada Yesus disebut sebagai milik Bapa dan itu berarti hidup orang percaya bukan lagi miliknya sendiri; hidup seorang percaya adalah hidup tentang Tuhan dan bukan tentang dirinya sendiri.
Dengan memahami relasi yang terdapat antara Bapa, Yesus dan orang percaya, kita dibawa pada satu kesadaran bahwa doa Yesus kepada Bapa adalah demi kita dapat menjalani dan memenuhi rencana Bapa melalui hidup kita.
2. Isi permohonan Yesus
• Ia memohon agar Bapa memelihara orang-orang percaya (ayat 9-16)
Doa ini dipanjatkan Yesus menjelang penangkapan dan penyaliban-Nya (Bdk. Pasal 18: 1 – dst). Murid-murid menjadi gentar, karena mereka menyadari hidup sebagai murid Yesus itu berat. Dunia membenci mereka (Yohanes 15 : 18-26). Kebencian itu tidak hanya bersifat verbal, tetapi juga mewujud dalam penganiayaan. Jika sebelumnya kondisi tersebut dihadapi bersama Yesus, maka setelah Yesus ditangkap, mereka harus menghadapinya sendiri.
Doa Yesus adalah penghiburan yang sangat besar. Murid-murid Yesus tahu bahwa doa Yesus selalu didengar Bapa (Yohanes 11 : 41-42) dan kepada siapa Yesus berdoa, yaitu Bapa adalah jaminan yang luar biasa. Kata “Bapa” diterjemahkan dari kata Yunani “Pater” yang mengandung pemahaman bahwa Dialah Sang Pemilik kehidupan. Dialah yang memiliki semua yang dibutuhkan umat-Nya. Dengan pemahaman itu murid-murid memperoleh kekuatan untuk menjalani tantangan hidup dengan bahagia.
Doa Yesus tidak hanya meneguhkan hati para murid pada waktu itu, tetapi juga orang percaya generasi selanjutnya. Sejarah mencatat ada banyak orang percaya yang mau menjalani hidup dengan konsekwensi penderitaan dan kematian. Mereka bertahan karena mereka tahu bahwa hidup adalah tentang Tuhan dan bukan tentang dirinya sendiri.
Cara hidup orang-orang percaya itu mengajari kita, bahwa penderitaan dan tantangan hidup bukan untuk dihindari, tetapi di hadapi dengan percaya bahwa dalam hal itu pun Bapa memelihara kita. Tetapi bukankah pada masa kini kita tidak mengalami penderitaan sebagaimana murid-murid Kristus di masa lalu dan di belahan dunia yang lain menderita? Benar, kita tidak mengalami apa yang mereka alami. Namun bukankah kita tetap membutuhkan pemeliharaan Bapa, karena hidup kita juga berhadapan dengan permasalahan dan tantangan dalam bentuk
yang lainnya?
Hidup orang percaya adalah hidup tentang Tuhan dan tantangan terbesar kita adalah bahwa kita mau bahwa hidup ini adalah tentang diri kita sendiri. Maksudnya, apa yang menjadi keinginan kita harus terpenuhi, tanpa bertanya kepada Tuhan apakah keinginan itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Yesus berdoa agar kita sanggup dan tetap bahagia dalam menjalani hidup dengan permasalahan yang ada.
• Ia memohon agar Bapa menguduskan orang-orang percaya dalam kebenaran (ayat 17-19)
Hidup yang dikuduskan adalah gaya hidup orang-orang yang menjadi milik Bapa. Jadi, ketika Yesus memohon agar Bapa menguduskan kita dalam kebenaran, Ia sedang meminta agar kita mampu menjalankan hidup dalam peran sebagai orang percaya.
Mewujudkan hidup kudus di dunia ini tentu sangat tidak mudah, karena nilai-nilai hidup orang percaya seharusnya berbeda dari nilai-nilai hidup orang dunia. Bagi orang dunia, hidup adalah tentang diri sendiri. Keinginan sendiri menjadi tuhan di dalam hidup mereka. Bagi kita, hidup adalah tentang Tuhan. Apa saja yang ada pada kita, seperti pikiran, waktu, harta dan kesehatan seharusnya dipakai dengan tujuan yang berbeda dari orang-orang dunia memakainya.
Bagaimana kita bisa mewujudkannya?
Di dalam doa-Nya, Yesus mengatakan bahwa para murid itu menerima firman Tuhan dan menurutinya. Ini berarti, pengenalan akan Bapa-lah yang membuat orang percaya menjadi kuat di dalam menjalani hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Ia akan tahu dan percaya bahwa rencana Bapa indah bagi hidupnya, apapun kondisi yang Bapa ijinkan terjadi padanya. Benar kata firman Tuhan : Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mazmur 119 : 105).
PENUTUP
Sebagai orang percaya kita bahagia karena Yesus berdoa bagi kita. Bapa memelihara dan menopang kita dalam menjalani hidup yang adalah hidup tentang Tuhan dan bukan tentang diri sendiri. Kiranya perenungan akan firman Tuhan ini menolong kita menilai ke dalam diri sendiri. Hidup yang kita jalani saat ini untuk siapa dan tentang apa?. Amin.
=APS=