“Perselingkuhan Rohani”
Amos 4:6-13
Oleh : Bpk. Joy Manik
Kitab Amos ditulis untuk menegur bangsa Israel yang meletakkan kepercayaan diri mereka pada tempat yang salah. Status sebagai keturunan Yakub, ibadah eksternal yang masih berlangsung dan kesuksesan dalam segala hal telah membuat mereka merasa aman. Mereka tidak percaya bahwa malapetaka akan didatangkan oleh TUHAN atas mereka. Hari TUHAN menurut mereka adalah hari kemenangan, padahal hari itu justru menjadi kekelaman bagi mereka (5:18, 20).
Hal tersebut tidak mengherankan karena: Situasi politik sedang nyaman (1:1) menjelaskan kondisi Israel saat itu. Israel dan Yehuda dapat menaklukkan negaranegara tetangga dan memperluas daerah perbatasan mereka melampaui batas yang ada pada zaman Salomo (2 Raja 14:25; 2Taw 26:6-8). Situasi perekonomian juga baik.
Dan kedua hal ini justru berimbas kepada situasi keagamaan yang merosot tajam. Penjelasan Label Konteks secara sederhana mengenai kata “namun kamu tidak berbalik kepada-Ku” yang diulang di ayat 6, 8, 9, 10, 11. Penekanan kata ini tentu punya maksud. Dan hal tersebut memberitahukan bahwa oang Israel ketika kondisi yang baik kemudian menjalankan ibadah mereka sesuai dengan kesukaan mereka
sendiri. Pasal 4:4-5 memberikan keterangan tentang bangsa Israel yang beribadah (datang ke Betel, bawa korban sembelihanmu, persembahan persepuluhan, bakar korban syukur dan roti yang beragi) tetapi diakhiri dengan kalimat “sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?”
Dan saat mereka beribadah dengan keinginan mereka sendiri tanpa berbalik kepada Tuhan – disanalah terjadi “perselingkuhan” rohani. Dengan kata lain mereka mencari apa yang mereka suka ketika beribadah dan bukan mencari apa yang Tuhan suka.
Mereka berselingkuh dengan kesenangan mereka sendiri. Teori Hedonism adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa di dalam diri manusia, manusia selalu mendambakan sebuah kesenangan. Secara natur manusia tunduk pada dua hal yaitu penderitaan dan kesenangan. Dan semua tindakan manusia selalu didorong untuk mencari hal tersebut. Teori Karl Marx dalam Marxisme nya mengatakan: “Seorang manusia tidak menganggap dirinya merdeka jika dia tidak menjadi majikan bagi dirinya sendiri”. Manusia tidak hanya “free from” tetapi juga “free for”. Inilah gambaran ketika umat Tuhan memang juga terus terdorong untuk menemukan kebahagiaan diluar Tuhan.
Pasal 4 Ayat 13 memberikan petunjuk mengenai Allah yang berkuasa dengan kalimat “Dia yang membentuk gunung-gunung” dan menciptakan angin” – tafsiran: gunung menunjuk kepada ciptaan yang besar dan terlihat, sedangkan “angin” menunjuk kepada hal yang tak terlihat tetapi sangat penting bagi manusia. Kata “fajar dan kegelapan” dua hal yang berbeda yaitu pagi dan malam. Atau juga bisa ditafsirkan sebagai ‘Tuhan akan menjadikan pagi menjadi malam” (bandingkan amos 8:9) atau juga pagi sebagai kebahagiaan dan malam sebagai penderitaan. Dan keduanya ada di tangan Allah.
Dalam bagian inilah jelas terlihat bahwa Tuhan yang berkuasa atas segalanya ternyata masih menyatakan kasih dan kesabaranNya kepada umatNya agar kembali. Bahkan Tuhan masih berbicara bahkan memakai Amos untuk mengingatkan Israel untuk bertobat. Kalimat “namun kamu tidak berbalik kepada-Ku”’ yang diulang menunjukkan keperdulian Allah yang tidak berhenti mengasihi umatNya.
Berhentilah berselingkuh rohani dengan mencari apa yang kita suka, tetapi kembali pada kasih karunia dan bersuka di dalam kesukaanNya.
“God most glorified when we are statisfied IN Him” – John Piper
=JM=