Tema: “Kehendak Tuhan Laksanakan”
Yunus 2
Oleh: Pdt. Em. Agus Surjanto
Ketika Allah menciptakan manusia, dengan sebuah kesengajaan Allah menciptakan manusia dengan kelengkapan untuk dapat membuat keputusan yang bebas. Manusia diberi rasio, emosi dan kehendak untuk membuat keputusan dengan bebas. Sebagai konsekuensi dari ciptaan yang seperti itu, maka manusia bisa berkata “tidak” pada kehendak Allah. Kehendak Allah tidak otomatis dilaksanakan. Itulah sebabnya Adam dan Hawa bisa jatuh dalam dosa karena tidak mau melaksanakan kehendak Allah. Dan sejarah manusia mencatat pemberontakan manusia itu sepanjang sejarah itu. Tidak pernah ada manusia yang selalu melaksanakan kehendak Allah, termasuk Yunus yang sebagai nabi seharusnya melaksanakan semua kehendak Allah.
Kitab Yunus mencatat pergumulan Yunus menyikapi kehendak Allah. Pasal 1 menceritakan pergumulan rasio Yunus yang karena rasa cintanya kepada bangsanya (Israel) dengan sengaja melarikan diri menjauhi tempat di mana dia diutus oleh Allah. Niniwe adalah ibukota kerajaan Asyur yang merupakan ancaman sangat serius terhadap kedaulatan Israel. Bagi Yunus tidak masuk akal bahwa dia harus memberitakan ancaman hukuman kepada musuh Israel. Berarti musuh Israel diberi kesempatan untuk bertobat. Menurut logika dan rasio Yunus musuh umat Allah seharusnya dimusnahkan saja oleh Allah, tidak perlu diberi kesempatan bertobat. Rasio Yunus tidak mau takluk kepada kehendak Allah. Tetapi melalui serangkaian tindakan akhirnya Allah menaklukkan rasio Yunus dan membuat Yunus sadar akan kesalahan pikirannya. Tetapi melaksanakan kehendak Allah bukan hanya penaklukan rasio saja. Semua komponen dalam diri manusia harus takluk 100% kepada kehendak Allah, baru di mata Allah itu berarti melaksanakan kehendak Allah. Allah ingin supaya emosi Yunus juga takluk kepada kehendakNya.
Yunus pasal 2 menceritakan pergumulan emosional Yunus ketika dia dalam keadaan yang kritis. Yunus merasa bahwa dia akan segera mati (Yun 2:2, 5, 6). Memang Allah dengan sengaja menempatkan Yunus dalam situasi seperti itu supaya Yunus mampu melihat hal yang terpenting dalam hidupnya yaitu melaksanakan kehendak Allah. Memang situasi hidup mati akan membuat manusia memikirkan hal-hal yang penting di dalam hidupnya. Ketika seseorang sadar dia akan segera mati maka dia akan memikirkan hal yang paling penting dalam hidupnya. Dan Yunus disadarkan bahwa situasi yang dia alami sekarang adalah karena dia telah melawan Allah dengan tidak mau melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Dalam situasti itulah maka Yunus meratap dan bertaya apakah dia masih diberi kesempatan lagi untuk “memandang lagi bait-Mu yang kudus” (ayat 4). Apakah masih ada kesempatan lagi untuk mau melaksanakan kehendak Allah itu? Saat itulah dia menaikkan doa dan berjanji kepada Tuhan (ayat 7-9) akan mau melaksanakan kehendak Tuhan dengan segenap pikiran, emosi dan kehendaknya, seluruh keberadaannya. Bagi Allah melakukan kehendak Allah memang harus dengan segenap keberadaan kita.
Matius 7:21-23 merupakan perkataan Tuhan Yesus yang sangat keras. Orang yang kelihatannya luar biasa dipakai Allah (yang bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan dan bahkan mengadakan mujizat juga demi nama Tuhan) ternyata dianggap pembuat kejahatan. Tuhan tidak ingin ada satu bagian sekecil apapun yang ada dalam diri kita yang sebenarnya keberatan melaksanakan kehendak Allah. Sungut-sungut, ketidakrelaan emosional akan membuat pelayanan orang percaya nol besar di mata Allah, walaupun mungkin hasilnya kelihatan luar biasa. Oang semacam ini sebenarnya hanya sekedar dipakai oleh Allah tetapi tidak berkenan kepadanya. Bahkan ketika ada kepentingan pribadi yang tidak selaras dengan Allah muncul maka di mata Allah bukan hanya 0 besar, tetapi dikatakan pembuat kejahatan. Sungguh mengerikan. Yunus barangkali masih lebih satria di mata Allah dibandingkan dengan mereka yang kelihatan melaksanakan kehendak Allah, tetapi dengan setengah hati. Karena itu ketika kita melakukan pelayanan kita, kita harus dengan sungguh-sungguh melakukannya. Kalau tidak sebenarnya kita sedang membuang energi kita, uang kita, waktu kita yang besar tetapi tidak ada artinya di hadapan Allah.
- AS –