Ringkasan Kotbah

Tema: “Mencari Allah Dalam Kesesakan
Mazmur 5:1-9
Oleh: Pdt. Rahmiati Tanudjaja

Di dalam kesesakan kita selalu bertanya, mengapa orang baik mengalami sesuatu yang tidak baik? Masalahnya, siapa yang berani mengatakan di hadapan Tuhan bahwa kita baik? Tidak ada bukan? Oleh karena itu, kita harus memahami masalah kesesakan ini dalam terang seluruh kebenaran firman Tuhan. 

Pertama, kita perlu melihat kondisi kita sekarang ini.  Pengkhotbah 3:1-12, memperlihatkan bahwa segala sesuatu ada waktunya, itu berarti segala proses hidup ini berada di luar kontrol kita.  Lebih lanjut, Roma 8:28 berkata bahwa di dalam segala sesuatu Allah turut bekerja.  Sayangnya, di dunia ini, dimana segala sesuatu “ujung-ujungnya saya” maka ayat-ayat ini kita baca dari kacamata saya, atau kacamata kejatuhan.  Akhirnya, ayat-ayat ini berorientasi pada diri kita: ada kesembuhan, ada kesuksesan, ada kelepasan dari kesesakan. 

Kemudian kita melihat tujuan kita dalam penciptaan Allah.  Kolose 1:15-16 menyatakan segala sesuatu diciptakan untuk Dia, dan oleh Dia, itu berarti kita diciptakan sesuai gambar Allah.   Sehingga, ketika orang melihat kita, orang dapat melihat Allah.  Inilah tujuan hidup kita.  Kejatuhan adalah ketika tidak sesuai dengan tujuan Allah.  Setelah kita ditebus, kita diminta menjadi surat Kristus, supaya orang melihat Kristus.

Pandangan Tuhan setelah kita kejatuhan? Roma 3:10-18, menyatakan bahwa ketika manusia setelah jatuh di hadapan Tuhan, tidak ada yang benar di hadapan Tuhan.  Sehingga, manusia sama sekali tidak berfungsi seperti tujuan penciptaan Tuhan pada mulanya.  Setelah kejatuhan, maka segala sesuatu perspektifnya adalah saya.  Tidak ada manusia yang berorientasi pada Dia, tetapi semuanya terarah pada saya.  Allah yang memandang dunia setelah kejatuhan ini melakukan tindakan akbar: datang ke dunia ini dalam rupa manusia untuk menebus kita. 

Lebih lanjut, 2 Korintus 5:15-17 mengingatkan kita supaya kita jangan sampai menjadi salah kaprah akan pemahaman anugerah Tuhan. Kita ditebus bukan sekadar supaya kita masuk surga, tetapi supaya kita kembali sesuai dengan tujuan penciptaan Allah.  Jika kita memahami hal ini, maka kita bisa seperti Paulus dalam 2 Korintus 12:7.  Paulus berada dalam kesesakan. Tetapi ia sadar bahwa ia hanya perlu cukup kasih karunia-Nya, supaya ia berfungsi kembali seperti tujuan Allah menciptakannya. Asalkan Paulus sudah kembali menjadi gambar Allah yang berguna, bagi Paulus itu cukup.


Mazmur 5 memperlihatkan pemazmur menggantungkan hidupnya kepada Tuhan di dalam kesesakan. Ayat 8 memperlihatkan bahwa kerinduan pemazmur adalah hidup di hadapan Tuhan, dan itu cukup bagi pemazmur. Ayat 10-13, pemazmur berlindung, bersukacita dan bersorak-sorai, dengan tujuan diberkati sebagai orang benar di hadapan Tuhan.  Inilah mencari Allah di dalam kesesakan: cukup bagi kita, bila kita berguna sebagai gambar Allah yang berguna. Di dalam sepanjang sejarah, bagi mereka yang menganggap semua sampah bila dibandingkan pengenalan akan Tuhan, ada orang-orang yang martir dan mati karena Tuhan.  Tetapi orang-orang ini, di dalam kesesakannya tidak merasa rugi.

Di dalam kesesakan hidup ini, yang penting kita cukup, cukup berguna sebagai ciptaan baru di hadapan Tuhan.  Tetapi bagaimana mungkin, di tengah dentuman kesesakan hidup, kita bisa berdansa bersama Tuhan menikmati kecukupan di dalam-Nya, bila kita tak pernah membaca firman-Nya, berdoa dan menyendiri bersama-Nya?

- HTP –

Menu Utama

Sedang Online

We have 175 guests and no members online