Ringkasan Kotbah

Tema: “Memulai Hari (Hidup) Bersama Tuhan
Mazmur 3:1-9
Oleh: Pdt. Sandi Nugroho

Pengantar (Latar Belakang)
Sebenarnya mazmur ini adalah nyanyian seorang raja yang melarikan diri. Lebih dramatis lagi, raja ini sedang melarikan diri dari anaknya. Dengan mudah kita bisa bayangkan seorang raja meninggalkan tahta dan istananya demi menyelamatkan diri. Tapi tentu sulit kita bayangkan jika ada seorang bapak melarikan diri dari anaknya. Umumnya seorang bapak akan mengejar anak untuk memberikan hajaran bila anak itu sudah keterlaluan nakalnya. Di sini sang anak yang mengejar bapaknya, bahkan anak ini ingin membunuh bapaknya. Intinya adalah mazmur ini merupakan nyanyian dari Daud, raja dan bapak, yang melarikan diri dari anaknya, Absalom.

Berdasarkan beberapa catatan dari kitab sejarah, kita akan melihat lebih jelas bahwa peristiwa Daud melarikan diri dari Absalom merupakan klimaks dari konflik panjang antara mereka.
1. Dimulai dari Absalom membunuh Amnon (kakak tirinya) karena memperkosa adik kandungnya.
2. Absalom melarikan diri dari Daud karena takut hukuman. Ia berlindung ke Kerajaan Gesur tempat kakeknya bertahta, karena mama Absalom adalah putri raja Gesur (2 Sam 13:35-37).
3. Absalom kembali ke Yerusalem dengan maksud terselubung yaitu ingin mengambil tahta Daud dengan cara menghasut hati rakyat (2 Sam 15:2-4).
4. Penasihat pribadi Daud membelot ke Absalom, ini tanda dari kekalahan terbesar Daud dari Absalom meskipun tanpa perang (2 Sam 15:31).
5. Ini tindakan perlawanan Absalom yang paling mengerikan yaitu meniduri gundik-gundik raja Daud sebagai tanda kemenangan (2 Sam 16:22).
Demikianlah kondisi hidup yang melatar belakang mazmur ini.

Kembali Pada Iman
Mazmur ini terdiri dari 3 bagian besar, tiap bagian ditutup dengan selah. Bagi kita para pembaca mazmur ini, itu kesempatan menarik nafas sebelum melanjutkan pembacaan.
Saat setelah kita merenung dan menghayati mazmur tersebut,
1. Dibagian pertama (ay.1-3) kita dapat melihat bagaimana perasaan Daud. Terancam, ditinggalkan orang, terhina, kesepian dan yang paling dalam adalah ejekkan bahwa Daud ditinggalkan Tuhan. Ini hal yang paling menyakitkan. Ia bisa saja kehilangan tahta, orang-orang setia bahkan keluarganya, tapi Daud tidak bisa membayangkan bahwa ia kehilangan Tuhan. Komentar bernada ejekkan itu mengandung muatan pesan bahwa Daud kena kutukkan Allah.

2. Dibagian kedua (ay.4-5) kita melihat bagaimana langkah Daud di tengah tekanan eksternal dan internal yang melanda hidupnya. Yang luar biasanya ia mengambil langkah untuk kembali pada imannya kepada Tuhan. Ia percaya pada Tuhan maka ia berharap Tuhan pasti akan menolongnya seperti peristiwa-peristiwa di masa lalu.

3. Dibagian ketiga (ay. 6-9) kita melihat akibat dari langkah Daud kembali pada imannya. Akibatnya Daud mengalami “Rest In God”. Karena hatinya rest in God maka itu kekuatannya menghadapi segala keadaan yang menekan dirinya.

Rest In God
Kita belajar dari mazmur ini bagaimana ketikan mengalami tekanan hidup Daud kembali pada imannya kepada Tuhan dan mengalami ketenangan dalam Tuhan. Pokok ini terdiri dari 4 langkah yang tercatat di ayat 6.
1. Membaringkan diri (ibr: shakab) arti harafiahnya “berbaring di dekat seseorang untuk mendapatkan kehangatan”. Jadi artinya bahwa ketika pemazmur mengalami tekanan hidup dia mencari kehangatan dari Allah, berinteraksi berdua dengan Allah, bergulat serta bergumul dengan Allah.

2. Tidur (ibrn: Yashen) arti sebenarnya adalah mati. Maksud esensial dari kata ini adalah seseorang mengalami kematian keakuannya. Jika dihubungkan dengan kata sebelumnya, pemazmur hendak menjelaskan bahwa setelah dirinya bergulat dengan Allah, Allah menaklukkan keakuannya sehingga keakuannya menjadi tidak berdaya atau mati.

3. Bangkit. Diri pemazmur dibangkitkan oleh Allah. Jadi setelah mati keakuannya Allah membangkitkan dia menjadi “manusia baru” sehingga melihat dirinya dari sudut pandang Allah. Itu berarti tidak ada kebangkitan tanpa adanya kematian. Selama keakuan, ambisi, ego pemazmur tidak mati, maka ia tidak akan mengalami kebangkitan hidup.

4. Allah menopang. Pemazmur sadar masalah hidupnya tidak berkurang. Ia tetap harus hadapi realitas yang ada. Tapi sekarang ia hadapi sebagai “manusia baru”, manusia yang bersandar pada kekuatan Allah. Kata “menopang” bukan berarti mengambil alih, jadi Allah tidak mengambil alih masalah melainkan memampukan atau memberikan kekuatanNya pada kita untuk mengangkat dan menyelesaikan masalah.

Kesimpulan
Paulus berkata dalam Flp 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku”. Berdasarkan ayat ini baik Paulus dan Daud percaya Tuhan senantiasa hadir di tengah2 perjalanan hidup mereka. Tuhan memberikan kekuatanNya sehingga mereka mampu menyelesaikan segala perkara, kunci ada pada “rest in GOD”. Marilah kita bersama memulai hari (hidup) kita bersama dengan Tuhan dengan “rest in GOD” melalui 4 langkah seperti yang dialami oleh pemazmur. Saudara-saudara marilah kita menyadari bahwa kehadiranNya sepasti roti dan anggur perjamuan yang kita pegang.

- SN –

Menu Utama

Sedang Online

We have 205 guests and no members online