Ringkasan Kotbah

Tema: “Mengalami Sang Firman Yang Hidup
1 Yohanes 1:1-10
Oleh: Pdt. Didik Tridjatmiko

Masih ingatkah Anda berita Firman Tuhan yang Anda dengar dalam Kebaktian Minggu, 3 bulan lalu? Atau sebulan lalu? Atau Minggu yang lalu? Mengapa tidak banyak yang ingat? Bisa jadi karena Firman itu baru menjadi pengetahuan dan belum dialami secara pribadi. Belum dipraktekkan. (bandingkan Koki selalu ingat bumbu masakan tertentu karena sering praktek memasak). Kuncinya adalah mempraktekkan dan mengalami secara pribadi. Hidup Kristen itu bukan soal mengetahui Firman sebanyak mungkin semata. Melainkan terutama soal hidup berpengalaman secara pribadi dengan Kristus, Sang Firman yang hidup. Penulis surat 1 Yohanes membahasakan dengan kalimat: hidup dalam persekutuan dengan Allah: Sang Terang. ( 1 Yohanes 1:3-6)

Bagaimana konkritnya? Ada dua hal.
Pertama, alamilah Sang Firman Yang Hidup itu secara pribadi. Apa artinya jika Firman Tuhan mengatakan bahwa: "Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan" (ayat 5)? Dalam hidup ini terkadang kita harus mengalami masa-masa gelap. Masa-masa sulit dan kelabu: bisnis anjlok, dikemplang orang. Terjerat hutang yang rasanya tak terbayar. Sahabat dekat yang kita harapkan memberi dukungan justru, menikung dari belakang. Anak yang kita besarkan justru menyakiti kita. Sakit penyakit tiba-tiba menghadang. Kita merasa ditinggalkan dan dicampakkan. Semua terasa gelap.

Pada saat kita mengalami hidup seperti berjalan di gelap malam, ingatlah bahwa Allah adalah terang. Terang adalah lawan dari kegelapan. Kegelapan itu adalah lonceng panggilan untuk bertelut dan melibatkan Tuhan dalam hidup kita. Yakinilah bahwa Allah di dalam Kristus itu bukan  sekadar  Allah "ada" melainkan Allah yang "hadir". Apa bedanya? Untuk sekadar "ada", tidak dibutuhkan pelibatan diri, namun untuk sebuah "kehadiran" mutlak membutuhkan pelibatan diri. Sang Terang itu adalah Allah yang hadir. Dekat dan sedia mengangkat. Akrab dan sedia mendekap. Ia sedia terlibat, menerangi gelapnya jalan hidup kita. Percayalah itu, libatkanlah Dia dalam deru debu perjuangan hidup kita, dan percayakan hidup kita kepadaNya. Sebab dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Ia tidak akan membiarkan kita dihancurkan oleh gelapnya hidup. Ia akan menerangi jalan kehidupan kita.

Kedua, Mengalami Sang Firman Yang Hidup, berarti senantiasa melakukan proses penyelarasan hidup dengan Kristus. Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita daripada segala dosa. (ay 6-7).
Kristen sejati adalah mereka yang terus menerus merupa diri selaras rupa Kristus. Urusan intinya adalah meresapkan dan mendarah dagingkan nilai-nilai dan sudut pandang Kristus. Ilustrasinya seperti apa? Seperti sumbu pelita dalam minyak.  Pada satu sisi, sang sumbu masuk dalam minyak, dan pada saat yang sama, sang minyak meresap ke dalam sumbu. Inside-out! Hasilnya menyala, menerangi dan menghangatkan sekitarnya. Tanpa begitu sang sumbu akan mudah menjadi abu. Ingat: seperti sumbu dalam minyak, bukan seperti batu dalam air. Terlihat basah sisi luarnya, namun kering bagian dalamnya.

Mengalami sang Firman hidup berarti membentuk sudut pandang seperti sudut pandang Yesus. Melihat segala sesuatu dengan mata Kristus. Cs Lewis pernah berkata:   I believe in Christianity as I believe that  the sun has risen: not only because I see it, but because  by it I see everything else.

Jadi Kristen macam apakah kita? Sumbu atau batu? SELAMAT MENGALAMI SANG FIRMAN YANG HIDUP. Amin.

- DT -

Menu Utama

Sedang Online

We have 156 guests and no members online