Tema: “Akibat Kesembronoan”
1 Samuel 15:1-28
Oleh: Pdt. Johannes Dharmawan
Pada awalnya Saul adalah seorang yang baik bahkan ia seorang yang taat kepada Allah. 1 Samuel 9-12 menceritakan kebaikan dan kehebatan Saul. Namun mulai pasal 13, terjadi perubahan dalam diri Saul, ia mulai tidak taat kepada Tuhan. Ketika bangsa Israel akan berperang melawan Filistin, Saul mempersembahkan korban bakaran karena ia tidak sabar menunggu kedatangan Samuel. Tindakan Saul ini sembrono, karena itulah Samuel menegur Saul, “Perbuatanmu itu bodoh” (ayat 13). Akibat dari tindakan sembrono Saul itu, kerajaan Saul tidak akan tetap (ayat 13-14).
Di pasal 15, dikisahkan Saul kembali melakukan tindakan sembrono. Ia tidak taat kepada Tuhan. Tuhan memerintahkan Saul untuk menumpas semua bangsa Amalek termasuk seluruh ternaknya tetapi Saul tidak melakukannya. Ketidaktaatan Saul membuat Allah kecewa dan marah (ayat 11) sehingga diputuskan bahwa Allah menolak Saul sebagai raja atas Israel (ayat 23, 26 dan 28).
Dua hal yang dapat kita pelajari, yaitu:
1. Tuhan masih memberi kesempatan tetapi mungkin kesempatan itu merupakan kesempatan yang terakhir.
Perintah bagi Saul untuk memusnahkan bangsa Amalek itu rupanya merupakan kesempatan terakhir yang Tuhan berikan kepadanya. Sebab di pasal 13, Saul telah melakukan kesalahan, meskipun demikian, Tuhan masih sabar dan Ia mau memberikan kesempatan sekali lagi kepada Saul dengan memberikan tugas baginya untuk memusnahkan bangsa Amalek.
Sayang sekali, Saul menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Saul bertindak sembrono lagi. Dalam pikiran Saul, kalau ia sudah diangkat menjadi raja selamanya akan menjadi raja. Akan tetapi Alkitab menegaskan bahwa Tuhan tidak segan-segan mengambil dan mengakhiri kedudukan Saul sebagai raja.
2. Ketaatan kepada Tuhan merupakan aspek utama bagi kehidupan orang percaya.
Mengapa Saul ditolak Allah? Jawabannya, bukan karena Saul tidak mau bekerja melainkan karena ketidaktaatannya kepada Allah. Alasan Saul, karena ia ingin memberikan persembahan korban kepada Tuhan (ayat 21). Tetapi Samuel mengatakan bahwa ketaatan itu lebih diperkenan Tuhan dari semua korban (ayat 22-23). Dengan kata lain, Tuhan menuntut ketaatan dari umatNya.
Tanpa ketaatan, kita akan ditolak oleh Allah. Tanpa ketaatan, segala yang kita lakukan untuk Tuhan menjadi tidak berkenan di hadapanNya. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan. Amin
- JD -