Ringkasan Kotbah

Tema: “Menanggung Pencobaan
1 Korintus 10:13
Oleh: Pdt. Em. Agus Surjanto

Kata mencobai dalam bahasa Indonesia mempunyai pengertian negatif, karena terkandung maksud untuk menjatuhkan, menggagalkan. Tetapi Alkitab dengan sangat jelas menuliskan bahwa Allah mencobai umatNya (Ulangan 8:2; Hakim-hakim 2:22; 3:1; Yohanes 6:6). Padahal Alkitab juga dengan jelas menuliskan bahwa Allah tidak mencobai siapapun (Yakobus 1:13). Apakah berarti Allah itu punya niat jahat? Tentu saja tidak. Kalau demikian apa maksud kata mencobai atau pencobaan itu?


Kata mencobai sebenarnya mempunyai arti kata yang netral, bukan dengan maksud jahat maupun maksud baik. Arti yang lebih menjelaskan adalah pembuktian (proofing). Maka ketika dikatakan bahwa Allah mencobai maka sebenarnya yang dimaksudkan adalah Allah membuktikan suatu hal, entah itu salah entah itu benar. Kadang-kadang dipakai kata menguji sebagai terjemahan kata mencobai/pencobaan (Bahasa Yunani = peirasmos) tergantung dari konteks. Jadi arti dari ayat dalam 1 Korintus 10:13 adalah bahwa itu merupakan suatu pembuktian. Bahwa setiap pembuktian bagi orang percaya diijinkan Allah terjadi dalam hidup umatNya tidak akan pernah melampaui kekuatan manusia. Apa maksud perkataan itu? Bukankah manusia kadang-kadang mengalami “pencobaan” yang sangat dahsyat sehingga merasa bahwa hal itu melampuai kekuatannya?

Dalam Yakobus 1:14-15 dikatakan bahwa manusia dicobai bukan dari siapapun tetapi dari dirinya sendiri. Nafsu dan ego manusia itu sendiri yang sedang melawan dirinya sendiri. Dengan kata lain sebenarnya kalau kemudian manusia itu jatuh dalam dosa, maka itu sebenarnya karena dia sedang menuruti kehendak egonya yang seringkali bertentangan dengan kehendak Allah. Misalnya seseorang yang sedang sakit dan merasa bahwa ia harus sembuh padahal Allah belum mau menyembuhkan dia, bahkan mungkin tidak bermaksud untuk menyembuhkannya sama sekali. Kalau keinginan itu terus dipertahankan dan terus dipegang, maka makin lama sakit itu akan dirasakan makin berat sampai akhirnya kita merasa bahwa sakit ini melampaui kekuatan kita untuk menanggungnya. Padahal ketika kita menyerahkan ego kita kepada Allah dan berserah kepada Dia dan percaya bahwa apapun yang terjadi Allah selalu baik, maka ketika sakit itu makin parah kita tidak merasakan makin berat, tetapi justru makin sadar bahwa mungkin saja tidak akan sembuh dan akan muncul kerelaan yang memberi ketenangan. Karena itu sebenarnya yang sedang kita perangi bukan masalah itu tetapi bagaimana kita bereaksi terhadap masalah itu. Makin kita menolak akan makin berat kita rasakan. Makin kita berserah, makin ringan masalah itu. Yang sedang kita lawan adalah diri kita sendiri, maka itu pasti tidak akan melampaui kekuatan kita.

Disamping itu, Allah akan memberi jalan keluar, yaitu Firman Tuhan. Ketika Tuhan Yesus dicobai oleh Iblis (Lukas 4:1-13), Dia selalu melawan pencobaan itu dengan Firman Tuhan. Allah sendiri yang menjamin bahwa kalau ada masalah yang melampaui kekuatan kita, maka Dia akan melindungi kita (Wahyu 3:8-10). Allah akan membentengi kita sedemikian rupa sehingga tidak pernah akan ada pencobaan yang melampaui kekuatan kita. Dia akan selalu menyediakan jalan keluar melalui FirmanNya. Yang jadi persoalan apakah kita mau taat pada jalan keluar yang dari Allah itu atau kita mau cari jalan keluar sendiri yang kita cari karena kita mau menyelesaikan masalah itu sesuai dengan keinginan kita?

– AS –

 

Menu Utama

Sedang Online

We have 59 guests and no members online