Ringkasan Kotbah

Tema: “Aku Dipanggil-Nya
Matius 9:9-13

Oleh: Pdt. Em. Anni P. Saleh

Panggilan Yesus Kristus untuk mengikut Dia sebagai murid-Nya tidaklah cukup hanya ditandai dengan memiliki syarat-syarat administratif. Mengikut Yesus Kristus bukanlah tentang aturan dan regulasi, tetapi tentang relasi dengan Yesus Kristus yang melibatkan pikiran, perasaan dan kehendak; relasi vertikal yang berdampak dalam hubungannya dengan sesama. Hal seperti itu kita jumpai dalam panggilan Matius dalam mengikut Yesus.

Jika kita memperhatikan aturan agama Yahudi pada waktu itu, Matius tidaklah memenuhi syarat untuk menjadi murid Yesus, karena secara sosial dan moral-spiritual ia dikategorikan sebagai orang berdosa. Mengapa? Karena ia adalah seorang pemungut cukai, bahkan kepala pemungut cukai. Itu sebabnya ia duduk di rumah cukai di kota Kapernaum, kota yang menjadi pintu perdagangan bagi kota-kota di sekitarnya pada masa itu.

Kehidupan sosial seorang pemungut cukai sangatlah buruk. Ia dibenci oleh seluruh masyarakat Yahudi. Demikian halnya terhadap Matius. Dengan wewenang yang dimilikinya, ia mengenakan cukai yang tinggi kepada orang-orang dan barang dagangannya. Dan hal itu memahitkan hati orang banyak, serta menimbulkan kebencian yang luar biasa.

Tetapi di mata orang-orang Yahudi, Matius tidak hanya punya problem sosial, ia juga bermasalah secara moral spiritual, karena mengabdikan diri kepada penjajah yang menyembah berhala. Bagaimana mungkin sebagai seorang Yahudi yang menganut sistem pemerintahan Teokrasi, Matius mengabdikan diri kepada penyembah berhala? Ia bukan hanya dianggap tidak loyal kepada bangsanya, tetapi terutama terhadap Allah.

Tetapi orang seperti itulah yang dipanggil Yesus untuk mengikut Dia. Dan ini membuat kita mengerti bahwa apa yang terjadi pada Matius adalah kasih karunia. Yesus-lah yang memanggil dan melayakkan Matius mengikut Dia. Meresponi panggilan Yesus, Injil Matius menyebutkan bahwa Matius segera “berdiri” lalu mengikut Dia. Bahasa tubuh Matius tersebut merupakan gambaran dari apa yang ada di dalam hatinya. Ia segera menyambut panggilan itu, karena ia menyadari berharganya menjadi pengikut Yesus. Beberapa penafsir mengatakan, sebagai seorang yang tinggal di Kapernaum, Matius tentu pernah mendengar pengajaran Yesus dan melalui pendengaran akan firman itulah, ia menyadari keberdosaannya dan juga kebutuhannya akan pengampunan dosa.

Apa yang terjadi pada Matius disebut sebagai panggilan khusus. Ia tidak sekedar menerima undangan Allah yang bersifat umum (panggilan umum) yang ditujukan kepada semua orang, tetapi secara personal ia tahu, sadar dan merespon kasih karunia itu di dalam hidupnya; kasih karunia yang memberinya kesempatan menjadi pribadi yang diselamatkan dan diubahkan.

Apa yang terjadi dalam hidup Matius memberi kita cermin untuk berkaca, apakah benar saya sudah menerima panggilan khusus itu? Jika hati kita sungguh-sungguh mempertanyakannya, jangan abaikan waktu anugerah Allah.

Masih tentang respon Matius, Lukas 5:28 menuliskan, “Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. Lewi adalah nama lain dari Matius dan bukankah meninggalkan segala sesuatu merupakan keputusan yang mencengangkan? Tetapi apa artinya? Apakah karena dipanggil Yesus seseorang bebas melepaskan tanggung jawabnya terhadap kehidupan yang terkait dengan dirinya? Panggilan Yesus tidak pernah menjadikan kita seorang yang tidak bertanggung jawab. Kebenaran yang diajarkan dalam hal ini adalah tentang bagaimana menempatkan Yesus sebagai yang terutama. Ini berarti, dalam menjalani panggilan Yesus, pikiran, perasaan dan kehendak kita, kita taruh di bawah kehendak Yesus.

Bagaimana bisa menghidupi panggilan Yesus itu? Tidak ada cara lain, selain terus membangun relasi dengan Yesus. Kita membaca Alkitab dan berdoa secara bersengaja. Melaluinya kita dimampukan memilah dan memilih serta mendengarkan Dia, sehingga bisa menjalani hidup seturut kehendak-Nya.

Ayat 10 mencatat respon Matius lainnya, yaitu dia mengundang makan banyak pemungut cukai dan orang berdosa. Di sini kita menemukan proses perubahan nyata dalam hidup Matius yang telah menerima panggilan Yesus. Jika dulu ia seorang yang tamak, merampasi milik orang demi mendapatkan kekayaan yang banyak – jadi tentang hidup yang berpusat kepada diri sendiri, panggilan Yesus mengubah cara berpikirnya, membuatnya memiliki belas kasihan. Itu sebabnya ia mengadakan suatu perjamuan besar (bdk. Lukas 5:39), sehingga orang-orang berdosa itu mengalami kesempatan mendengarkan anugerah seperti dirinya.

Panggilan Yesus adalah tentang kasih karunia dan hal itu tidak dapat dipisahkan dari perubahan hidup seseorang yang telah mengalaminya. Pikiran, perasaan dan kehendak Matius menjadi berubah. Hal yang sama Tuhan juga kehendaki terjadi dalam hidup setiap orang yang mengatakan bahwa ia sudah menerima panggilan-Nya. Amin


=APST=

Menu Utama

Sedang Online

We have 131 guests and no members online