Tema : “Bertumbuh Dalam Saling Memberi”
Oleh: Pdt. Johannes Dharmawan
2 Kor 9:6-15
Bagi orang Kristen, tindakan memberi apalagi kalau itu dikaitkan dengan persembahan kepada Tuhan, bukan hal yang asing. Kita sudah terbiasa memberi, baik memberi persembahan kepada Tuhan maupun memberi sesuatu yang baik kepada orang lain. Apa makna pemberian itu? Dan bagaimana sikap hati kita yang seharusnya pada waktu kita memberi? Kita akan akan belajar dari firman Tuhan.
Perikop Alkitab 2 Korintus 9:6-15 merupakan nasihat Paulus kepada jemaat di Korintus, di mana jemaat ini sedang mengumpulkan bantuan yang akan diberikan kepada jemaat di Yerusalem (lihat ayat 1-5). Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pemberian, yaitu:
1. Berlakunya Hukum Tabur-tuai (ayat 6).
Terdapat juga di Galatia 6:7 dan Amsal 11:25. Hukum ini mengatakan: Apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai. Kalau kita menabur kebaikan maka kita akan menuai kebaikan. Kalau kita menabur banyak kita pun akan menuai banyak.
Paulus mengingatkan hukum tabur tuai ini, bukan bermaksud agar kita menjadikan hukum ini sebagai motivasi dari tindakan memberi, melainkan Paulus ingin meneguhkan bahwa tindakan memberi itu bagaikan menabur benih kebaikan yang pada suatu saat nanti akan berbuah kebaikan juga. Tindakan memberi itu bukanlah tindakan yang sia-sia (percuma), justru merupakan tindakan yang tepat, tindakan yang baik karena pada saatnya kelak kita akan menuai kebaikan walau kita tidak tahu kapan kita akan menuainya.
Oleh karena itu, alangkah baiknya kita memberi atau menabur kebaikan kepada sebanyak mungkin orang, agar sementara waktu ini berjalan, kebaikan itu terus “mengalir”, terus bertumbuh dan kitapun ikut serta mewarnai kehidupan dunia ini dengan kebaikan-kebaikan. Seperti sebuah ungkapan yang mengatakan, “What this world needs is a new kind of army - the army of the kind” artinya “Apa yang dibutuhkan dunia ini, dunia ini membutuhkan suatu jenis pasukan, yaitu pasukan kebaikan”.
2. Memberi menurut kerelaan hati (ayat 7)
Memberi menurut kerelaan hati itu berarti memberi dengan ikhlas dan tanpa terpaksa. Tetapi jangan salah paham “memberi dengan kerelaan hati” bukan berarti memberi dengan sesuka hati (suka-suka), memberi seberapa yang ingin kita beri. Tetapi memberi dengan kerelaan hati adalah rela memberi sesuai, atau sepadan, atau sepantasnya dengan berkat Tuhan yang telah kita terima. Ternyata dalam prakteknya, memberi menurut kerelaan hati, bukanlah sesuatu yang sertamerta dapat dilakukan, apalagi bagi mereka yang hatinya lekat pada uang dan harta miliknya.
Kita bisa memberi menurut kerelaan hati asal hati kita dipenuhi dengan kasih. Sebab kasih itu akan mengubah hati kita. Kalau selama ini, kita memberi dengan terpaksa, maka kasih itu akan mengubah hati kita sehingga kita dapat memberi dengan rela. Kalau selama ini kita memberi dengan sedih hati, maka kasih itu akan mengubah hati kita sehingga kita dapat memberi dengan suka cita. Kasih itu membebaskan kita dari kelekatan terhadap uang dan harta.
Oleh karena itu, buanglah segala sifat kikir, egoistis, materialistis dalam hati kita, lalu penuhilah hati kita dengan kasih. Maka kasih itu akan mendorong kita untuk memberi dengan rela, tanpa terpaksa bahkan kita memberi dengan sukacita. Bagi mereka yang memberi dengan sukacita, Tuhan berjanji akan melimpahkan kasih karunia dan memberikan kecukupan (lihat ayat 8). Paulus juga menyebutkan kalau pemberian itu didasari oleh kasih, maka pemberian itu merupakan pelayanan kasih yang bermakna (lihat ayat 12).
=JD=