Ringkasan Kotbah

Tema : “Gembala Yang Baik Yang Menjagamu
Yohanes 10: 11-21
Oleh: Pdt. Em. Agus Surjanto

Dalam Injil Yohanes ada 7 perkataan yang menegaskan keilahian Tuhan Yesus yang ditandai dengan ungkapan kata Ego Eimi (Aku adalah). Yang pertama adalah Akulah Roti Hidup (Yoh 6:35). Yang kedua adalah Akulah Terang Dunia (Yoh 8:12). Yang ketiga adalah Akulah Pintu (Yoh 10:9). Perkataan keempat adalah Akulah Gembala yang baik (Yoh 10:11). Kelima adalah Akulah Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25). Keenam adalah Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup (Yoh 14:6). Ketujuh adalah Akulah Pokok Anggur yang Benar (Yoh 15:1).

Pertanyaannya adalah seperti apa Gembala yang baik itu? Tuhan Yesus menjelaskan dalam ayat 11 bahwa Gembala yang baik adalah yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Kata “baik” yang dipakai dalam ayat 11 ini adalah “kalos”artinya excelent (istimewa), baik dalam kwalitas/karakter maupun pekerjaan. Berarti istimewa baik dari sumbernya maupun hasil pekerjaannya. Orang upahan akan lari kalau nyawanya terancam. Dan Tuhan Yesus dalam ayat 15 menegaskan bahwa Gembala yang baik itu (yaitu yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya) adalah Dia.

Gembala yang baik juga gembala yang mengenal dan dikenal oleh dombadombanya. Kata mengenal di sini bukan sekedar kenal, tetapi benar-benar mengerti luar dalam. Memahami dengan sangat baik bukan hanya yang terlihat, tetapi juga yang tersirat. Dan Tuhan menegaskan bahwa domba-domba itu bukan hanya Israel, tetapi juga bangsa lain (kafir, ayat 14 dan 16).

Gembala yang baik adalah juga gembala yang mengenal Allah dengan dan dikenal Allah (ayat 15). Dan Tuhan Yesus mengenal Bapa dengan sangat baik, karena itu mampu melaksanakan tugas yang diinginkan oleh Bapa di sorga dengan baik. Mengerti bahwa kalau Dia ingin menjadi Gembala yang baik maka Dia harus mau menyerahkan nyawanya demi melaksanakan kehendak Bapa. Pergumulan Tuhan Yesus di taman Getsemani dimenangkan dengan taat pada kehendak Bapa.

Gembala yang baik adalah juga gembala yang dikasihi oleh Allah karena taat sampai mati (ayat 17). Suatu ketaatan yang penuh, sampai akhir. Tidak pernah berubah. Ketaatan setangah-setengah tidak akan pernah mungkin menjadikan seseorang Gembala yang baik. Pergumulan ini tidak sederhana karena Tuhan Yesus sampai harus merasakan ditinggalkan oleh Allah karena ketaatanNya menebus dosa manusia di kayu salib. Perkataan Eloi, eloi, lama sabakhtani (Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?) menggambarkan beratnya ketaatan itu.

Gembala yang baik adalah juga gembala yang melakukan semua pelayanannya dengan rela hati (ayat 18). Inilah kunci keselamatan manusia. Kerelaan hati merupakan syarat terjadinya penebusan. Ini karena Allah Anak tidak lebih rendah dari Allah Bapa. Mereka setara dalam segala sesuatunya. Karena itu kalau Anak tidak rela (memberikan menurut kehendakNya sendiri), maka Dia tidak bisa mati dan berarti tidak terjadi penebusan. Tetapi yang juga menarik adalah bahwa Bapapun juga rela (Yoh 3:16).

Gembala yang baik akan menerima “upah” penggembalaannya (ayat 17 dan 18), yaitu memperoleh kembali nyawaNya (ayat 17) dan juga punya kuasa atas hidupNya sendiri (ayat 18). Kuasa kebangkitan memang sebenarnya melekat pada hakekat ilahi Tuhan Yesus, tetapi ketika menebus dosa di kayu salib Tuhan Yesus menyerahkan nyawaNya kepada Bapa. Dan karena karya penebusanNya diterima Bapa, maka Dia memperoleh kembali nyawaNya.

Kalau kita mengerti bahwa kita punya gembala yang baik seperti yang telah dikemukakan dalam Injil Yohanes ini apakah masih perlu adanya hal yang lain lagi di dalam hidup ini selain ingin menjadi domba dari Gembala yang baik itu? Karena sekali kita menjadi dombaNya, maka kita sebenarnya tidak memerlukan apapun yang lain lagi. Mempunyai Tuhan Yesus sebagai Gembala yang baik adalah berarti mempunyai segala-galanya.

+AS+

Menu Utama

Sedang Online

We have 53 guests and no members online