Tema : “Walking Into Discipleship”
Lukas 24: 13-53
Oleh: Ps. Andy Lew
Salah satu hal favorit saya bersama dengan keluarga adalah jalan-jalan. Jika Anda perhatikan dari dekat Anda melihat bahwa anak saya berjalan persis seperti saya (Semakin banyak waktu anak saya menghabiskan dengan saya, semakin dia akan menjadi seperti saya). Ini prinsip abadi pemuridan dan mentoring yang dapat diterapkan dalam hubungan keluarga, gereja, dan pekerjaan kita.
Dan hal yang sama berlaku dalam perjalanan kita dengan Yesus. “Bagaimana kita berubah ketika kita berjalan erat dengan Yesus” dan “Bagaimana kita menjaga berjalan-jalan dekat dengan Yesus” Hari ini, saya ingin memeriksa apa yang terjadi ketika dua murid berjalan dengan Yesus dalam Lukas 24: 13-53.
Seperti dalam Lukas 24: 13-53, kita akan melihat dua gambaran bagaimana Yesus berjalan dengan saya. Dia bertemu kita dan Dia mengutus kita. Lukas 24: 13-15 diawali dengan kisah Yesus berjalan bersama para murid di Emaus. Pada ayat 13-15, mengatakan: “hari itu mereka berdua pergi ke sebuah desa bernama Emaus, sekitar tujuh mil jauhnya dari Yerusalem. “Perhatikan konteks ayat ini. Hal ini terjadi setelah kebangkitan Yesus. Para murid tidak tahu di mana letak desa Emaus dan dalam Lukas tidak disebutkan siapa nama murid yang sedang melakukan perjalanan, tapi yang pasti Emaus tidak berada di pusat kota seperti kota Surabaya. Emaus lebih seperti pedesaan. Pertanyaannya: Mengapa Anak Allah akan berada di jalan terpencil setelah kebangkitan yang ajaib? Jika saya menjadi Yesus, saya lebih memilih untuk berada ditempat yang lebih banyak orangnya. Itulah Juruselamat kita, yang memenuhi kita dalam masa-masa sulit, pada saat itu murid sedang bingung dan putus asa. Sering kali kita berpikir untuk bertemu Tuhan, kita pergi ke suatu tempat spiritual atau suci, bertemu dengan orang-orang penting tetapi Yesus menemui kita sehari-hari, - di rumah kita, di mobil, di kelas. Salah satu kebohongan si jahat adalah untuk berpikir bahwa Yesus tidak memperhatikan kita. Padahal Yesus bertemu kita dalam kehidupan sehari-hari untuk menghibur kita.
Dalam perjalanan kali ini Tuhan Yesus punya kejutan besar untuk para muridNya Lihatlah akhir ayat 31, “Dan mata mereka terbuka dan mereka mengenal dia. Dan dia menghilang dari pandangan mereka. “Dan sekali lagi dalam ayat 36” Ketika mereka berbicara tentang hal-hal ini, Yesus tiba-tiba berdiri di antara mereka. “Mengapa Yesus sengaja menakut-nakuti murid-muridnya? Yesus tahu bahwa kadang-kadang, tidak semua waktu, Yesus tidak hanya memenuhi kita dalam biasa, tetapi secara ajaib. Kita juga harus menyadari bahwa kita melayani Allah Supranatural – dan tidak akan terkejut untuk menemukan keajaiban saat kita berjalan bersama Yesus. Tetapi Yesus tidak hanya menemui kita dalam keadaan secara biasa namun dengan mujizat.
Satu tema utama dalam bagian ini – apa yang Yesus lakukan ketika Ia bertemu dengan murid-murid di jalan?. Mari kita membaca ayat 32, kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci.
Yesus akhirnya memanggil kita untuk menemuinya di dalam Firman Allah. Kata Yunani
untuk “membakar” secara harfiah adalah kata yang sama digunakan untuk
menggambarkan lautan api di neraka dan hal tersebut sama ketika saya makan
makanan Surabaya yang pedas. Bagaimana pertemuan itu membakar dua murid?
Lihatlah kembali ayat 13, berapa lama Yesus berjalan dengan murid – 7 kilometer, Yesus menghabiskan 2 jam dengan orang-orang di jalan. Tidak heran hati mereka terbakar – mereka jauh di dalam Firman Tuhan!.
Kapan terakhir kali Firman Tuhan membakar hati Anda? Dalam jaman smartphone dan digital ini, kita sangat kurang dalam membaca Kitab Suci – hanya beberapa menit sehari atau dalam khotbah pada hari Minggu. Kita tidak pernah Pias menyalakan api abadi dengan itu. Dalam semua kunjungan saya ke berbagai gereja di seluruh Asia saya menemui banyak sekali orang mengabaikan membaca Kitab Suci dan memori, khususnya bagi generasi muda. Tetapi hal itu tidak saya temui di Gereja ini yang hidupnya berdasar pada Firman Tuhan.
Tetapi Yesus memiliki cara yang berbeda. Lihat ayat 47-48, Yesus tidak mengatakan bahwa Ia akan menggunakan kekuasaanNya menggulingkan pemerintahan Romawi, sebaliknya ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan menjadi saksi-Nya. Murid-murid mengira bahwa Yesus ada untuk memenuhi kebutuhan politik mereka. Yesus ke bumi untuk mengubah hati dunia. Dia ingin mengirim kita.
Kebenaran ini tetap sama hari ini, Yesus berjalan dengan kita sehingga kita menjadi saksiNya. Ketika kita menjadi seorang Kristen, kita punya tujuan untuk menjadi saksi. Ketika Tuhan memberkati kita, berkat tersebut digunakan sebagai alat bersaksi. Ketika kita tidak menyalurkan berkat maka kita hanya menjadi konsumen dari Injil bukan sebagai saksi Injil.
Kesaksian pribadi: Bahkan sebagai seorang pendeta, saya lupa bahwa saya juga harus menjadi saksi bukan konsumen Injil. Salah satu hal yang saya suka adalah memasak untuk keluarga saya dan kali ini saya ingin memasak wafel untuk keluarga saya. Jadi saya memutuskan untuk membeli alat pembuat wafel. Saya mulai menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari pembuat wafel terbaik. Setelah menemukan saya membelinya, setelah menerima alat tersebut yang dikirim dari luar negeri. Saya langsung memasang alat dan asap mulai keluar dari mesin! Pada saat itu, istri saya menggelengkan kepalanya dan kemudian Tuhan mengingatkan saya, “Jangan mengumpulkan harta di bumi di mana ngengat akan menghancurkan, tapi kumpulkanlah harta di surga. Saudara sekalian, apakah kamu menyediakan waktu dalam seminggu? Untuk kembali berjalan dan menyaksikan kepada Tuhan. Satu hal yang perlu kita ingat “kita tidak pernah terlalu tua atau terlalu muda untuk menjadi saksiNya”.
=AL=