“Menjalani Hidup Di Dalam Kasih Terhadap Sesama”
Roma 12:9-21
oleh: Pdt. Yakub Trihandoko
Bukan kebetulan apabila Paulus meletakkan pembahasan tentang kasih di sini tepat sesudah ia menguraikan tentang pelayanan rohani (Rom 12:3-8). Ia ingin mengajarkan bahwa penggunaan karunia rohani harus didasarkan pada kasih. Tanpa kasih, pelayanan hanya akan menjadi aktualisasi diri untuk kepentingan kita sendiri.
Kasih yang tidak berpura-pura (ayat 9a)
Dalam teks Yunani sebenarnya tidak ada kata kerja di ayat 9a. Secara hurufiah bagian ini berbunyi: “kasih itu tidak pura-pura.” Walaupun demikian, penambahan kata kerja di berbagai terjemahan Alkitab dapat dibenarkan, karena di mata Paulus kasih memang bukan sekadar perasaan belaka. Kasih harus diwujudkan dalam tindakan tertentu yang konkrit.
Ketidakadaan kata kerja di ayat 9a menyiratkan bahwa bagian ini mungkin berguna sebagai judul atau topik yang memayungi ayat-ayat selanjutnya. Semua yang dibicarakan di ayat 9b-21 menjelaskan bagaimana kasih yang tidak berpura-pura itu.
Paulus di sini tidak membicarakan tentang sembarang kasih. Kasih yang dibicarakan adalah kasih yang tertentu. Penerjemah LAI: TB dengan tepat memilih “kasih itu” (he agape). Para penafsir Alkitab meyakini bahwa kasih ini merujuk pada kasih yang dicurahkan ke dalam hati orang percaya melalui karya Roh Kudus (Rom 5:5).
Ini adalah kasih Kristus yang diberikan pada kita walaupun kita masih berdosa, lemah, dan sebagai seteru Allah (Rom 5:5-7). Orang-orang percaya tidak akan dapat dipisahkan dari kasih ini (Rom 8:35-39).
Poin yang ditekankan Paulus di Roma 12:9b bukan pada tindakan kasih. Hal itu sudah sedemikian jelas: orang Kristen harus mengasihi. Fokus perhatian di sini adalah kualitas kasih yang harus ditunjukkan, yaitu kasih yang tidak berpura-pura. Kata anypokritos berkaitan dengan topeng yang biasa digunakan dalam pertunjukan teater Yunani-Romawi kuno. Para pemain teater seringkali harus memerankan tokoh yang sangat berbeda dengan karakter mereka sehari-hari. Ini adalah anypokritos. Kasih orang Kristen tidak boleh seperti ini. Apa yang ada di luar harus sama dengan apa yang ada di dalam. Kasih bukan pertunjukan. Kasih bukan kemunafikan. Kasih adalah perwujudan apa yang ada dalam hati.
Perwujudan kasih yang tanpa kepura-puraan (ayat 9b-11)
Apa saja bukti dari kasih yang tulus?
Pertama, menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik. Terjemahan LAI: TB “menjauhi” terkesan terlalu lemah. Hampir semua versi Inggris memilih “membenci”. Sesuai teks Yunani, kata yang muncul di sini adalah apostygeo, yang berarti “sangat membenci.” Kita harus sunguh-sungguh membenci kejahatan, bukan sekadar menjauhi. Terjemahan LAI: TB “melakukan” juga masih kurang tegas. Kata dasar kollaomai seringkali digunakan untuk hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Karena itu, berbagai versi Inggris memilih terjemahan “cleave”, “cling” atau “hold fast”. Kita tidak hanya melakukan hal-hal yang baik, tetapi kita terikat pada perbuatan itu. Dengan kata lain, perbuatan baik sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup kita.
Kedua, mengasihi sebagai saudara (ayat 10a). Dalam teks Yunani, bagian ini berbunyi: “dalam kasih persaudaraan, hendaklah kalian saling mengasihi dengan sungguh-sungguh”. Kata “kasih” muncul dua kali: philadelphia (kasih persaudaraan) dan philostorgoi (mengasihi dengan sangat). Pemunculan dua kali ini jelas bersifat menegaskan. Kasih kita kepada sesama orang percaya adalah kasih persaudaraan, karena kita semua adalah anak-anak Allah (Rom 8:14-17). Perbedaan etnis, usia, status ekonomi, dan status sosial dilarutkan bersama-sama dalam satu status: kita semua adalah anak-anak Allah. Kita bersaudara.
Ketiga, saling mendahului dalam memberikan hormat (ayat 10b). Sesuai struktur teks Yunani, bagian ini seharusnya diterjemahkan: “dalam hormat, hendaklah saling mendahului”. Kata proegeomai bisa berarti “mendahului” atau “menganggap sesuatu lebih baik”. Sebagian besar versi Inggris memilih alternatif kedua. Jika ini diambil, maka yang dipentingkan bukan waktu (saling mendahului), tetapi status (orang lain lebih tinggi daripada kita). Mengasihi berarti rela menempatkan diri di bawah orang lain dan bersukacita jika orang lain lebih terhormat daripada kita. Ketidaksukaan terhadap kehormatan orang lain adalah keirihatian.
Keempat, tidak kendor dalam kerajinan (ayat 11). Secara hurufiah bagian ini berarti “dalam kerajinan, jangan malas”. Penggunaan kontras ‘rajin’ dan ‘malas’ jelas menyiratkan penekanan. Paulus sebelumnya sudah menasihati jemaat Roma untuk melakukan pelayanan dengan rajin (12:8). Kata yang digunakan di ayat 8 sama persis dengan di ayat 11 (spoude). Kata “malas” (okneros) muncul di Matius 25:26 dan ditujukan pada hamba yang malas untuk mengembangkan talenta yang ia terima dari tuannya. Banyak hal bisa membuat kita enggan melayani Tuhan: tantangan, perselisihan, tidak ada apresiasi dari orang lain, dsb. Kasih yang tulus akan menolong kita untuk tetap rajin dalam pelayanan.
Ayat 11b menerangkan cara menjaga kerajinan di ayat 11a. Kita harus menyala-nyala dalam roh. Teks Yunani tidak memberi petunjuk apakah pneuma di sini merujuk pada roh manusia (“roh”) atau Roh Kudus (“Roh”). Alternatif pertama membuat ayat 11b identik dengan ayat 11a. Hal ini rasanya tidak diperlukan. Alternatif kedua bersifat menjelaskan: kita dapat melayani dengan rajin, karena roh kita dikobarkan oleh Roh Kudus. Kita memang tidak boleh memadamkan Roh (1 Tes 5:19) atau melalaikan karunia Allah dalam diri kita (1 Tim 4:14). Sebaliknya, kita harus mengobarkannya (2 Tim 1:6). Apabila ini terjadi, kita akan melayani Tuhan dengan rajin. Tidak ada kata “malas” dalam kamus pelayanan kita!
Kiranya firman Tuhan ini tidak hanya menghangatkan hati kita. Kiranya bersemangat untuk mengekspresikan perasaan itu dalam bentuk tindakan yang konkrit. Mulai sekarang, kasihilah sesama secara nyata. Soli Deo Gloria.
=YTH=