Tema : “Hidup Bahagia”
Yakobus 1:2-4
Oleh: Pdt. Em. Agus Surjanto
Judul kotbah hari ini mungkin diambil dari kata kebahagiaan dalam ayat 2. Kata yang tepat sebenarnya adalah sukacita (?a?? = joy). Demikian juga kata “jatuh” dalam ayat 2 bukan berarti sudah kalah dalam pencobaan itu, tetapi berarti masuk mengalami pencobaan. Terjemahan yang lebih baik adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia sehari-hari, yaitu : Saudara-saudara! Kalau kalian mengalami bermacammacam cobaan, hendaklah kalian merasa beruntung (bersukacita).
Surat Yakobus ini ditulis oleh Yakobus, saudara Tuhan Yesus yang dulunya tidak percaya tetapi kemudian menjadi percaya (Mat 13:55-56; Yoh 7:5; Kis 12:1-2). Penekanan surat Yakobus adalah ketidakdewasaan rohani dari orang Kristen yang tersebar di luar Palestina waktu itu. Mereka tidak mengalami pertumbuhan rohani.
Hal ini ditandai dengan :
1. Ketidaksabaran waktu mengalami kesulitan (pencobaan, tantangan)—1:1–4
2. NATO—2:14 dst.
3. Tidak mampu menguasai lidah—3:1 dst.
4. Pertengkaran di antara orang percaya—4:1 dst.
5. Serakah mengumpulkan harta di dunia—5:1 dst.
Menyadari hal itu maka Yakobus memulai suratnya (Yak 1:1-4) dengan menekankan pentingnya pertumbuhan spiritual dan pertumbuhan itu hanya dapat diperoleh melalui pencobaan (ujian). Hal yang sama ditulis oleh Paulus (Rm 5:3-4). Maka pencobaan seharusnya membawa sukacita, bukan dukacita, sebab melalui pencobaan itulah orang percaya bertumbuh rohaninya.
Dan orang-orang Kristen itu tahu (ayat 3), dalam arti pernah punya pengalaman, bahwa mengalami berbagai pencobaan akan menghasilkan ketekunan dan kalau itu berlangsung berulang kali maka ketekunan itu akan menjadi matang, artinya kedewasaan rohani. Yakobus memakai beberapa kali kata sempurna yang artinya kedewasaan rohani (Yak 1:4, 17, 25; 2:22; 3:2). Bukan berarti Yakobus bermaksud mengatakan bahwa orang yang dewasa rohani tidak bisa jatuh dalam dosa. Tetapi tidak sangat gampang jatuh dalam dosa.
Banyak orang Kristen punya sikap yang salah ketika mengalami pencobaan. Mereka biasanya mengutip Doa Bapa Kami, di mana salah satu kalimatnya adalah mohon dijauhkan dari pencobaan. Orang Kristen dewasa memang bukan menantang Iblis untuk mencobai, akan tetapi juga bukan lari dari pencobaan. Kalau Allah, yang empunya kita dan tahu persis kekuatan kita, mengijinkan pencobaan itu datang kepada kita, maka kita harus berani menghadapinya.
Kalau kita benar-benar bersandar kepada Allah, maka kita tidak akan pernah jatuh dalam pencobaan itu. Mengapa demikian? Lihat Yak 1:12-15. Apa itu sebenarnya pencobaan? Yaitu keinginan diri sendiri untuk memuaskan nafsu kita. Iblis hanya mendorong sedikit saja. Aktor utamanya adalah kita sendiri. Karena itulah Paulus mengatakan pencobaan yang biasa (1 Kor 10:13). Petrus mengatakan bahwa ujian bukan hal yang luar biasa (1 Pet 4:12-14). Yakobus dan Petrus sama-sama mengatakan berbahagialah mereka yang bertahan dalam pencobaan (Yak 1:12; 1 Pet 4:14).
Karena sumber utama pencobaan datangnya dari diri sendiri, maka pasti tidak akan pernah melampaui kekuatan kita dan pasti ada jalan keluarnya, yaitu taat kepada Firman Tuhan. Ketika Kain mau membunuh Habel, Tuhan sudah memperingatkan bahwa dosa sudah mengintip di depan pintu, tetapi engkau harus berkuasa atasnya (Kej 4:7). Berarti kunci keberhasilan bertahan dalam pencobaan adalah penguasaan diri, dan penguasaan diri adalah salah satu aspek buah Roh Kudus (Gal 5:22-23). Paulus mengatakan “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (Gal 5:24). Firman Tuhan (Alkitab) memberitahu rasio kita tentang kebenaran, jadi kita tahu jalan keluar dari pencobaan yang kita alami. Kemudian Roh Kudus memberi kemampuan untuk berkata tidak kepada pencobaan. (nafsu, ketamakan, keinginan daging).
Beberapa contoh kehidupan spiritual yang dewasa :
1. Kis 4:24-31. Jemaat menyadari bahwa ancaman dari para pemimpin dunia (Herodes, Pontius Pilatus dan pemimpin Yahudi) adalah nubuat Allah yang harus terjadi. Karena itu mereka tidak minta semua musuh itu dimusnahkan, tetapi minta keberanian untuk tetap memberitakan Injil dan Allah dengan dahsyat memberikan keberanian itu
2. Mr. T mempunyai semua yang didambakan manusia., tetapi ketika menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh, dia juga minta kekuatan untuk menghadapi segala pencobaan. Dia minta kaki yang kuat untuk naik gunung pencobaan, bukan minta supaya gunung dipindahkan.
=AS=