Tema: “Membangun Di Atas Pasir”
Matius 7:24-27
Pdt. Stefanus Theophilus
Kehidupan dewasa ini dipenuhi dengan teknologi. Teknologi begitu menguntungkan karena dalam satu waktu kita bisa mengerjakan banyak hal. Namun, ada dimensi negatifnya, yaitu kita tidak mengalami kedalaman relasional. Kita berhubungan dengan orang hanya dalam tataran permukaan. Selain itu kita tidak bisa mengalami komunikasi melalui bahasa tubuh, tidak ada tatap muka dan lain sebagainya. Orang juga mudah menyederhanakan segala sesuatu. Ini juga berpengaruh pada relasi kita dengan Allah. Relasi kita dengan Allah tidak berfondasikan dasar yang kuat, namun hanya di permukaan.
Orang yang membangun rumah di atas batu adalah ia yang mendengar firman dan taat melakukannya. Orang yang membangun di atas pasir adalah orang yang tak bertanggung jawab dengan iman, dan hanya sampai di permukaan. Berkaitan dengan iman, orang yang membangun di atas pasir, adalah orang yang hanya ingin sensasi, mencari hanya apa yang menguntungkan mereka.
Di dalam Alkitab, inti iman Kristen adalah keselamatan melalui salib. Salib adalah berita utama dari karya Allah di dalam kehidupan umat percaya. Maka, orang yang membangun rumah di atas batu adalah mereka yang bicara soal salib. Sedangkan mereka yang membangun di atas pasir adalah mereka yang enggan bicara soal salib. Termasuk orang-orang pada zaman Tuhan Yesus, juga enggan bicara soal salib.
Namun, Tuhan Yesus tetap memberitakan salib, Ia tidak terpengaruhi tanggapan dunia. Tuhan Yesus pernah datang kepada dunia orang-orang mati, yang mendengarkan tentang salib tapi tak percaya. Ini adalah proklamasi kemenangan-Nya kepada dunia.
Bagi kita yang hidup di dunia masa kini, mari kita memandang salib yang sudah terjadi.
Alkitab punya berita yang utama yaitu salib. Sayangnya, orang masa kini tidak menyukai berita tentang salib karena lebih mencari dongeng-dongeng, atau sesuatu yang menyenangkan diri mereka. Mereka yang mendirikan rumah di atas batu, adalah mereka yang sudah diselamatkan melalui salib dan sekarang mengambil bagiannya untuk hidup di dalam salib. Pertanyaannya, di posisi apa kita saat ini, apakah kita mau
mendirikan iman di batu, yaitu salib, lalu menuntut dirinya untuk mengerjakan sesuatu bagi salib?.
=HTP=