Tema: “Satukan Kami”
Kisah Para Rasul 16:16-34
Oleh: Pdt. Stefanus Teophilus
Gereja adalah bukanlah gedungnya, tetapi orang-orangnya atau Jemaatnya. Berbicara tentang kerukunan hidup orang percaya maka kita perlu mengerti tetang identitas orang percaya sendiri. Orang percaya berangkat dari Jemaat, dalam bahasa Yunani, ekklesia, artinya umat atau orang-orang yang dipanggil keluar. Mereka ini adalah orang-orang yang dulu berada berlawanan dengan Allah namun sekarang dipanggil untuk menjadi sekutu Allah, atau di dalam Allah. Dalam bahasa Yunani yang lain, kiriake artinya Jemaat Tuhan. Keduanya memiliki pengertian yang sama: orang dipanggil keluar untuk menjadi umat Tuhan. Yang pasti, dapat kita akui bahwa gereja adalah orang-orang yang mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Berbicara tentang “satu” sesungguhnya ini sejak awal penciptaan telah dinyatakan bahwa kita membutuhkan satu dengan yang lain. Manusia tidak berinteraksi dengan hewan atau benda, tetapi sesama manusia. Alkitab mencontohkan hal ini: Adam membutuhkan Hawa, Musa membutuhkan Harun, Saul membutuhkan Daud. Demikian pula dalam kehidupan pelayanan gerejawi, kita membutuhkan orang lain. Tetapi jangan sampai orang lain menjadi alat bagi kepentingan atau egoisme pribadi.
Kebutuhan manusia memiliki dua sisi yaitu dibutuhkan orang lain dan membutuhkan orang lain, inilah yang disebut interaksi antar manusia. Karena itu, ada dua hal yang penting: pertama, naluri dan kedua, nurani. Naluri adalah saya melakukan segala sesuatu untuk saya, sedangkan nurani adalah saya melakukan segala sesuatu untuk orang lain. Perikop yang kita baca adalah contoh jelas tentang nurani, yaitu Paulus yang mengabarkan Injil kepada kepala penjara. Nurani adalah tentang kesadaran bahwa kita dibutuhkan oleh orang lain.
Tema “Satukan Kami” membuat kita berpikir lagi, karena biasanya kita egois dengan melakukan segala sesuatu untuk saya, karena kita dipengaruhi pola pikir bahwa saya membutuhkan orang lain. Ketika kita berpikir tentang satukan kami maka kita harus memikirkan orang lain, dan menempatkan diri yaitu saya dibutuhkan orang lain. Kesatuan hanya bisa terjadi, ketika seseorang berpikir bukan saja membutuhkan tetapi dibutuhkan. Sikap ini akan membuat orang tidak egois namun memusatkan diri pada kepentingan orang lain. Kekristenan akan menggoncangkan dunia, ketika kita melebur menjadi satu nama yaitu Tuhan Yesus Kristus dan dengan kita berusaha memusatkan diri untuk dibutuhkan oleh orang lain.
- HTP -