Tema: “Makna Baptisan Yesus”
Matius 3:13-17
Oleh: Pdt. Em. Agus Surjanto
Matius 3:13-17 mencatat suatu cerita yang menakjubkan. Seperti kita ketahui, Yohanes adalah nabi dan utusan Tuhan yang mempunyai tugas untuk membaptiskan orang-orang yang bertobat. Tetapi orang ini ketika berjumpa dengan Tuhan Yesus berkata bahwa dia yang harus dibaptis bukan Tuhan Yesus. Padahal orang ini ketika melihat banyak orang Farisi dan Saduki datang dengan lantang menyebut mereka keturunan ular beludak (Matius 3:7) yang pantas untuk dihukum karena dosa mereka.
Memang, perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan akan membuat seseorang menyadari keberdosaannya sendiri. Yesaya, nabi Tuhan yang besar, merasa dirinya orang najis dan tinggal ditengah-tengah bangsa yang najis bibir (Yesaya 6:5). Segala perbuatan baiknya seperti kain kotor di hadapan Tuhan (Yesaya 64:6). Daniel pingsan dan mukanya ke tanah (Daniel 10:4-9). Rasul Yohanes ketika berjumpa dengan Tuhan Yesus tersungkur seperti orang mati (Wahyu 1:12-17). Calvin mengatakan bahwa ketika seseorang makin mengenal Allah maka ia juga akan makin mengenal dengan benar siapa dirinya sendiri, makin kenal seseorang dirinya dengan benar maka ia juga akan makin mengenal Allah. Yohanes makin kenal Allah dan itu membuat dia makin mengenal dirinya sendiri. Tuhan Yesus sebagai Anak Allah ternyata rela menyediakan dirinya dibaptis, mengidentifikasikan dirinya sebagai orang berdosa yang perlu dibaptis/ dibersihkan. Padahal Dia tidak berdosa sama sekali.
Tetapi yang lebih dahsyat adalah bahwa Tuhan Yesus dengan rela telah meng-identifikasikan diriNya sebagai orang berdosa. Penebusan adalah suatu keputusan yang penuh dengan konsekuensi. Salah satu dari konsekuensi itu adalah inkarnasi. Inkarnasi adalah juga suatu tindakan yang penuh dengan konsekuensi. Salah satu konsekuensi dari inkarnasi itu adalah memberi diri dibaptis, karena dalam peristiwa itu Tuhan Yesus menyamakan diriNya dengan orang berdosa yang perlu dibaptis/dibersihkan. Semua itu harus dilakukan dengan rela. Perkataan “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” merupakan bukti bahwa Dia melakukan itu semua dengan rela. Memang seluruh misi Tuhan Yesus adalah menggenapkan seluruh kehendak Allah dengan rela (Yohanes 6:38). Dia punya kehendak sendiri, tetapi ketika menjadi manusia, Dia meletakkan diri untuk taat kepada Bapa. Karena itu walaupun berat, tetapi kalau itu adalah kehendak Bapa, maka Dia akan melakukannya. Dia tidak sekedar tahu kehendak Bapa, tetapi bersedia melakukannya dengan segenap hati. Sungguh suatu teladan yang luar bisa buat kehidupan kita. Karena banyak diantara kita tahu kehendak Allah, akan tetapi kita tidak rela melakukannya. Seringkali kita terpaksa taat karena memang di luar kemampuan kita untuk mengubah situasi itu. Kalau situasi di dalam kontrol kita, maka kita akan mengubah hal itu seperti yang kita inginkan. Tuhan Yesus punya kuasa dan hak untuk mengontrol segala situasi.
Tetapi dalam setiap keputusanNya, Dia selalu taat kepada kehendak Bapa. Puncak ketaatanNya adalah ketika di taman Getsemani dengan rela mengatakan bahwa “jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Kehendak Bapa memang tidak selalu sama dengan kehendak kita. Kadang kala kehendak itu sangat tidak menyenangkan hati kita bahkan memberikan kesulitan dan penderitaan. Rasul Paulus dengan sangat jelas dipanggil oleh Tuhan untuk menderita. Akan tetapi ketika saudara-saudara seiman menasihati dia untuk tidak pergi ke Yerusalem karena mereka tahu dia akan ditangkap dan akan mengalami banyak penderitaan, maka dia dengan tegas mengatakan akan tetap pergi ke Yerusalem. Paulus tahu bahwa penjara dan sengsara menunggu dia, tetapi dia tetapi ingin melakukan kehendak Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 20:22-24).
Kerelaan inilah yang sangat dipandang tinggi oleh Allah. Maka Bapa berkenan kepada apa yang dilakukan oleh Anak. Bapa mengasihi Anak karena Anak rela melakukan seluruh kehendak Bapa. Kapankah kita bisa mendengar Allah berkata seperti ketika Dia berkata kepada Tuhan Yesus waktu Tuhan Yesus memberi diri dibaptis? Apakah kita rindu mendengar perkataan seperti itu dalam kehidupan kita? Mungkin saat ini Anda sedang mengalami pergumulan yang susah, penderitaan yang berat. Kalau memang Allah ijinkan Anda mengalami hal itu, atau bahkan mungkin Dia menghendaki hal itu, apakah Anda rela melewati semua itu?
- AS –