Tema: “Menghadapi Tantangan Hidup Dengan Doa”
1 Samuel 1:1-20 dan 2:1-11
Oleh: Pdt. Anni P. Saleh
PEMBAHASAN
Kitab Samuel dibuka dengan satu pasal penuh yang membeberkan kisah hidup Hana yang penuh derita. Tidak disebut secara jelas berapa lama ia menderita, tetapi diperkirakan Hana mengalaminya dalam kurun waktu yang tidak singkat. Yang menarik dan penting untuk direnungkan adalah bahwa Hana memang sangat menderita, tetapi ia tahu bagaimana menghadapi pergumulan itu.
Tantangan hidup Hana
Ia tidak punya anak dan itulah alasan mengapa suaminya yang bernama Elkana mengambil istri kedua. Dunia tahu, pernikahan dengan dua istri selalu memicu penderitaan. Keduanya pasti menderita, tetapi terutama bagi istri yang diduakan.
Elkana adalah keturunan Lewi, karena itu dari tahun ke tahun ia membawa kedua istri dan anak-anaknya pergi ke Silo untuk menyembah Tuhan dan mempersembahkan korban bagi Allah. Salah satu bagian yang dilakukan dalam ibadah di rumah Tuhan di Silo adalah makan bersama sebagai sebuah keluarga. Dalam peristiwa ini disebutkan apa yang dilakukan Penina terhadap Hana. Ia menyakiti hati Hana, sehingga perempuan itu menangis dan tidak mau makan. Istilah “menyakiti hati” yang digunakan dalam ayat 7 menunjukkan bahwa Penina secara provokatif membuat Hana tersakiti hatinya. Melalui kata-kata yang diucapkannya, ia berhasil membuat Hana gusar, tersakiti, terpancing untuk menjadi lebih terluka dan merasa sangat terhina.
Sikap provokatif Penina bisa saja semakin membabi buta karena ia melihat apa yang dilakukan suaminya terhadap Hana. Elkana memberi makanan kepada Hana dalam jumlah yang berbeda. Semua yang lain (Penina dan semua anaknya laki-laki dan perempuan), masing-masing menerima satu bagian sedangkan Hana menerima “satu bagian”. Jumlah yang diterima Hana merupakan terjemahan dari “double portion”. Seorang penafsir dengan jenaka menuliskan rincian dari “double portion” itu sebagai berikut: satu bagian diberikan sesuai hak yang harus diterima oleh Hana dan satu bagian lainnya adalah pemberian istimewa atas nama cinta Elkana yang besar kepada Hana. Jadi, “satu bagian” yang diterima Hana memang lebih banyak dari Penina. Hal itu membuat Penina cemburu dan menempatkan Hana sebagai rival bagi dirinya.
Hana menderita dan sampai di sini kita menyimpulkan, tantangan hidup yang dialami Hana datangnya dari manusia. Tetapi yang dialami Hana bukan hanya itu. Dua kali disebutkan, bahwa Hana tidak bisa mengandung karena TUHAN telah menutup kandungannya (ayat 5, 6). Dengan kata lain, sisi lain dari tantangan hidup yang dialami Hana datangnya dari TUHAN. Dalam perspektif manusia, dengan mudah kita berkata: Allah tidak adil, Allah adalah penyebab utama penderitaan Hana. Namun, sepanjang pasal 1 mengisahkan penderitaan Hana, tidak sekalipun kita menjumpai catatan bahwa ia marah kepada Allah. Mengapa? Jawaban yang sangat mungkin adalah bahwa Hana memahami kedaulatan Allah dalam hidupnya. Pengertian tentang kedaulatan Allah itu setidaknya tersirat dari sikapnya yang tidak marah kepada Allah dan pengakuannya bahwa TUHAN itu kudus adanya (pasal 2:2). Itu adalah indikasi bahwa Hana percaya setiap rancangan TUHAN baik dan benar adanya. Ia meyakini apa yang diijinkan Allah mempunyai tujuan bersesuaian dengan kekudusannya.
Cara Hana menghadapi tantangan hidupnya
Ia datang kepada Allah di dalam doa (ayat 9-10)
Ia tahu Allah yang menutup kandungannya, karena itu ia datang memohon belas kasihan Allah. Penderitaan yang bertubi-tubi tidak membuat kepercayaan Hana kepada Allah menjadi luntur. Itu sebabnya ia berdoa.
Jadi, ada hubungan yang erat antara percaya dan berdoa. Karena percaya kepada Allah, maka seseorang mendatangi Dia di dalam doa.
Doa membawa Hana menemukan rencana Allah (ayat 11-18a)
Ayat 11-18a harus dipahami sebagai suatu kesatuan yang utuh. Jadi jangan memisahkan doa yang diucapkan Hana dalam ayat 11 dengan doa Hana dalam ayat-ayat selanjutnya. Jika kita melakukannya, akan menimbulkan tafsiran yang salah kaprah. Misalnya: “Ternyata untuk mendapat jawaban doa dari Allah, kita harus memulainya dengan berjanji akan memberi sesuatu kepada-Nya”. Hana mengenal Allah dan ia tahu Allah itu kudus adanya (pasal 2:2). Tidak mungkin ia memperlakukan Allah sebagai pihak yang bisa dikendalikan oleh janji-janji manusia. Hana berdoa karena ia tahu dan percaya kepada Siapa ia bisa mendialogkan kesusahannya.
Hal yang penting disimak dari doa Hana adalah:
• Ia menyediakan waktu untuk berdoa
Ayat 16 memberitahukan bahwa ia berdoa demikian lama. Prinsip penyediaan waktu untuk berdoa sangat penting. Tidak dimaksudkan kita harus berdoa bertele-tele, tetapi untuk berbicara dengan Allah tentu dibutuhkan waktu. Dan bukankah ketika kita berdoa dengan fokus berbicara kepada Allah, maka kita akan mulai mendoakan hal-hal yang bersesuaian dengan kehendak-Nya dan bukan kehendak sendiri?
• Ia membuka diri terhadap rencana Allah
Kepada Allah yang menutup kandungannya itu, Hana tidak hanya mencurahkan isi hatinya, tetapi mendengarkan Tuhan dan hasil dari mendengarkan itu luar biasa. Ia bernazar akan memberikan anak laki-laki yang akan Tuhan berikan, kembali kepada-Nya. Jika kita menyimak tangis Hana sampai ia tidak mau makan, pantas jika ia mengharapkan anak laki-laki dan ingin agar anak itu selalu bersamanya. Anak itu akan dijadikannya bukti bahwa dirinya setara dengan madunya itu dalam kesanggupan memberikan keturunan.
Tetapi dalam proses doanya, Hana menemukan kehendak Allah. Mata hatinya tercelik atas kondisi Israel yang merosot secara spiritual. Mata hatinya mampu melihat kebutuhan bangsanya atas pemimpin spiritual, karena imam yang ada pada waktu itu, yaitu kedua anak laki-laki imam Eli, tidak lagi berfungsi sebagaimana seharusnya.
Hati Hana tidak lagi berpusat pada keinginannya menjadi setara dengan Penina dalam hal punya anak. Hati Hana melihat sebuah kebutuhan dalam skala yang jauh lebih luas, yaitu ketersediaan pemimpin rohani bagi Israel. Itu sebabnya, ia bernazar akan memberikan anak yang akan TUHAN untuk melayani di rumah-Nya.
Hasil doa: Hati yang diubahkan (18b)
Setelah ia berdoa sekian lama, imam Eli menyampaikan berkat yang menjadi hak seorang imam untuk mengucapkannya. Imam Eli tidak tahu apa yang didoakan Hana, tetapi ia berkata bahwa Allah akan memberikan apa yang dimintanya. Dengan “mata iman” Hana menyambut janji yang sama sekali belum ada wujudnya itu. Hana tidak tahu kapan ia akan mengandung, tetapi komunikasinya dengan Allah di dalam doa telah memampukannya melihat alasan, mengapa Allah menutup kandungannya. Ia mampu melihat waktu TUHAN bukan waktunya. Ia mampu memahami, bukan hanya kebutuhannya, tetapi juga bagi bangsanya.
Karena mempercayai belas kasihan Allah, Hana tidak murung lagi, ia mau makan. Doa telah membuatnya mampu menghadapi tantangan hidup dengan benar.
PENERAPAN
Ini adalah minggu pertama di tahun 2013.
Kita belum tahu apa saja yang akan terjadi di dalam hidup kita.
Atau mungkin kita masih membawa tantangan hidup dari tahun yang lampau ke dalam tahun yang baru.
Karena itu penting bagi kita memahami dan meyakini kedaulatan Allah atas hidup manusia dan tidak menjadi marah kepada-Nya.
Karena itu penting menyediakan waktu untuk berdoa, untuk berbicara dan berdialog dengan Allah, sehingga tantangan hidup tidak lagi menjadi persoalan, tetapi merupakan batu loncatan untuk memahami kehendak dan rencana Allah di dalam dan melalui hidup kita.
Selamat menghadapi tantangan hidup dengan doa.
- APS -