“Berbicara Kepada Tuhan”
Lukas 18:1-8; 1 Tesalonika 5:17
Oleh: Pdt. William Liem
Dalam perumpamaan yang baru saja kita baca (Lukas 18:1-8), terdapat dua tokoh yang sangat kontras. Tokoh pertama adalah adalah seorang hakim yang lalim (cuek), dimana karakternya dilukiskan sebagai orang yang tidak takut kepada Tuhan dan tidak menghormati seorang pun (ayat 2). Dalam istilah Tionghua, hakim yang demikian disebut: "tian bu pa, di bu pa" (tidak takut terhadap langit dan bumi). Ia tidak menyembah Tuhan dan tidak memperhatikan sesama manusia, karena dirinya sendirilah yang dijadikan ilah dan sangat egosentris. Ia tidak peduli pada kebenaran dan keadilan, yang seharusnya ia tegakkan.
Tokoh kedua adalah si janda, yang amat gigih memperjuangkan haknya yang tertindas dengan tak henti-hentinya mendatangi si hakim karena dia merasa sang hakim tidak membela haknya. Mulanya, sang hakim memang mengabaikan permohonan si janda, tapi setelah sekian lama, si janda itu terus mendatanginya, terjadilah perubahan sikap sang hakim. Ia berkata: “Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku” (ayat 4-5).
Kata menyerang (Yunani: hupopiazo), secara hurufiah berarti 'menghantam.’ Saya yakin, tentunya sang hakim ini tidak takut akan hantaman tinju si janda. Kemungkinan sang hakim sedang berpikir secara metafora (kiasan): kehadiran perempuan ini yang tidak pernah berhenti telah menyebabkan saya tidak enak tidur dan makan. Saya merasa sangat terganggu dan tidak tenang lagi. Daripada dia terus menganggu saya, sudahlah saya kabulkan saja permintaannya.
Saya percaya, perumpamaan ini tidak bermaksud mempersamakan Hakim yang lalim dengan Tuhan yang maha baik. Yang ingin ditekankan dalam perumpamaan ini adalah jika sang hakim yang lalim (cuek) saja dapat berubah karena ketekunan si janda, apalagi Tuhan kita yang amat peduli dengan kehidupan anak-anak-Nya. Permasalahannya, banyak orang Kristen tidak mendapatkan apa-apa dari Tuhan, karena mereka salah berdoa dan tidak tekun di hadapan-Nya. Salah satu nasehat doa yang amat baik adalah ketika kita berdoa, ingatlah:
1. Kasih Tuhan yang menginginkan yang terbaik untuk kita;
2. Hikmat Tuhan yang mengetahui yang terbaik untuk kita;
3. Kuasa Allah untuk mampu mencapai apa yang kita doakan.
Dalam kehidupan Kristen yang penuh tantangan ini, semangat yang pantang mundur dalam berdoa amatlah penting. Memang bukan maksud kita dengan doa yang tak henti-henti, sepertinya kita ingin memaksakan kehendak kita pada Tuhan. Bahkan seorang Theolog terkenal berkata: “Doa tidak merubah Tuhan tapi merubah orang yang berdoa.” Dalam berdoa, jangan mudah putus asa dan menyerah. Seorang hamba Tuhan pernah berkata: “Jika Anda tidak berdoa lagi, jelas Anda sudah berhenti menjadi orang Kristen. Karena Anda telah memutus jalur hubungan dengan Allah yang memberi hidup itu. Dan itu berarti semuanya sudah tamat!” Mari kita terus mengingat apa yang dikatakan Paulus dalam 1 Tesalonika 5:17: “Tetaplah Berdoa.”
– WL –