“Mendengarkan Tuhan”
1 Samuel 3:1-18
Oleh: Pdt. Sandi Nugroho
Pendahuluan
Sebuah film Hollywood yang dirilis tahun lalu menceritakan tentang kehancuran peradaban dunia. Di dalam film itu semua orang yakin bahwa peradaban pasti dapat pulih dengan satu syarat, sebuah buku harus ditemukan. Maka semua orang mencari buku tersebut, dengan keyakinan bahwa buku tersebut mengandung nilai-nilai sejati dari hidup.
Bila orang membaca dan melakukannya, dunia bisa pulih dan peradaban dunia kembali bangkit. Buku itu dibawa oleh seorang bernama “Eli”, maka film ini berjudul “The Book Of Eli”. Eli berusaha menjaga buku itu dan membawanya ke tempat agar buku ini dapat dicetak, diperbanyak. Selama perjalanan membawa buku ini dia harus berjuang hingga berdarah-darah, tapi rupanya buku tersebut direbut oleh orang yang haus kekuasaan yang bertujuan untuk menggunakan buku tersebut untuk menguasai dunia. Tetapi Eli terus berjalan meski tanpa buku tersebut, akhirnya dia tiba di tempat percetakan tanpa membawa buku tersebut, namun hebat dia mengingat semua isi dari buku itu secara tepat, akhirnya buku tersebut dapat diperbanyak. Yang luar biasa, buku tersebut adalah Alkitab. Pesan dari film ini adalah tanpa alkitab, peradaban jadi rapuh, moral jadi merosot, orang tidak lagi berdiri dan memperjuangkan kebenaran.
Samuel Tidak Mengenal Allah
Samuel hidup dalam jaman, dimana firman Tuhan tidak diberitakan dan diajarkan. Di ayat yang ketujuh menyatakan bahwa Samuel belum mengenal Tuhan karena firman Tuhan belum dinyatakan kepadanya. Artinya, seorang Samuel yang berusia 12 tahun sama sekali belum pernah mendengar pengajaran tentang Allah dalam tulisan-tulisan Musa. Samuel selama 7 tahun melayani Tuhan di bait-Nya tapi tidak mengenal Tuhan. Ini merupakan kenyataan yang terjadi di Israel, jika Samuel belum mengenal Tuhan padahal ia melayani di bait Allah, apalagi umat Israel di luar bait Allah.
• “…setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hakim-hakim 21:25 bandingkan Yosua 1:8)
• “…firman Tuhan jarang…” (1 Samuel 3:1)
• “telah lenyap kemuliaan Allah dari Israel (1 Samuel 4:21)
Siapa semestinya yang mengajarkan pada Samuel, melihat ayat yang pertama, Eli yang seharusnya melakukan, karena Samuel berada dalam pengawasannya.
Mengapa Eli tidak melakukannya, sekali lagi di ayat pertama menjelaskan bahwa firman TUhan jadi berharga karena jarang bahkan tidak diajarkan. Ini mengakibatkan penglihatan juga jadi nihil. Penglihatan dalam jaman itu adalah berupa penyataan yang terlihat mata agar umat belajar pada perkataan yang tertulis. Ingat pada waktu itu umat tidak punya cetakan Taurat/alkitab. Penglihatan dibutuhkan agar orang-orang belajar Taurat sehingga tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri (Yosua 1:8). Rupanya karena firman Tuhan tidak pernah dibacakan dan diperdengarkan dan dipelajari maka umat Allah mengalami kemerosotan total, hingga klimaksnya di pasal ke 4, yaitu Tabut Perjanjian di rampas oleh Filistin karena kemuliaan Allah telah lenyap dari Israel. Disinilah Allah Israel hendak menghidupkan lagi umatnya yaitu dengan cara:
1. Ayat 11à menperdengarkan firman hingga bergaung terus di telinga.
2. Ayat 19-20à mengangkat Samuel sebagai nabi yang mengajarkan firman Tuhan.
3. Ayat 21à menyatakan diriNya melalui firmanNya.
Dari hal ini kita dapat melihat bahwa Allah adalah Pribadi yang sangat berkepentingan dalam hidup umatNya. Kita dapat melihat bahwa Allah selalu lebih berkepentingan untuk mengungkapkan DIRI-NYA ketimbang rincian-rincian soal kehendak-Nya bagi umatNya. Ia berkeinginan agar umatNya yang terutama tidak menganggap diriNya sebagai pusat informasi soal, tetapi Ia rindu berelasi dengan kita.
• Kita selalu berada pada posisi untuk mengambil keputusan.
• Hampir seluruh pertanyaan yang diajukan jemaat adalah berkisar soal kehendak Allah.
• Kita pasti butuh dasar pandangan dalam kita mengambil keputusan.
• Menemukan kehendak-Nya bisa menjadi sebuah proses yang membuat frustasi.
Allah adalah Pribadi yang sangat berkepentingan dalam hidup anda terutama dalam anda mengambil semua keputusan. Dalam Alkitab kita menemukan bahwa Allah selalu lebih berkepentingan untuk mengungkapkan DIRI-NYA ketimbang menyatakan rincian kehendakNya berupa peraturan dan nasihat untuk kita.
Itu berarti Allah rindu agar kira menganggap diriNya tidak berfungsi sebagai sekedar pusat informasi dalam hidup kita. Allah berniat untuk menarik kita ke dalam hubungan yang lebih akrab dengan-Nya. Ia ingin kita mempercayai-Nya dan Allah ingin terlibat dalam hidupmu. Ia sedang bekerja ungkapkan DIRI-NYA pada anda, supaya diatas semuanya itu terjadi hubungan yang intim dengan-NYA.
– SN –