Oleh: Pdt. Johannes Dharmawan
“Bagi Dia segala kemuliaan” atau “Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan”, dalam bahasa latinnya dikenal dengan ungkapan: “Soli Deo Gloria”. “Soli” berarti hanya satu-satunya. “Deo” berarti Tuhan dan “Gloria” berarti kemuliaan. Ungkapan ini menjadi penutup surat Paulus kepada jemaat di Roma (Roma 16:27). Setelah Paulus memaparkan tentang kebesaran Allah dan karya keselamatan untuk manusia, lalu Paulus menutupnya dengan sebuah puji-pujian kepada Allah, yaitu sebuah doxology, “segala kemuliaan hanya bagi Tuhan”. Doxology ini menyiratkan sebuah pengajaran yang penting bagi orang Kristen, yang juga menjadi prinsip hidup orang Kristen.
Pada umumnya, orang mengkaitkan kemuliaan itu dengan prestasi kerja, kemewahan dan kedudukan. Karena itu, orang-orang yang dianggap “mulia” sering dipandang sebagai orang-orang berprestasi luar biasa, atau orang-orang yang punya kedudukan dan jabatan atau kemewahan dan seterusnya. Banyak orang mengejar ‘kemuliaan’, bahkan untuk mendapatkan semuanya itu, segala macam cara seperti menipu, mencuri, korupsi, memfitnah, menyingkirkan orang lain dan sebagainya dihalalkan. Yang penting menurut mereka, mendapatkan “kemuliaan” sekalipun dengan cara tidak benar.
Beda sekali dengan prinsip hidup para misionaris di Tiongkok. Sebuah artikel mengatakan: “To go and preach the gospel, to die and to be forgotten” menjadi prinsip hidup mereka. Prinsip hidup “Segala kemuliaan bagi Tuhan” begitu nyata dipraktekkan dalam kehidupan para misionaris itu. Mereka lebih mengutamakan bendera “kemuliaan Tuhan” berkibar, maka hati mereka sudah berlimpah dengan ucapan syukur, walaupun nama mereka mungkin tidak diingat dan dikenal oleh banyak orang.
Bukan berarti mendapat pujian atau penghargaan itu salah. Yang penting, apakah tujuan utama kita adalah memuliakan Tuhan. Jangan sampai kita “mencuri” kemuliaan Tuhan. Tampaknya Paulus juga memberikan pujian dan penghargaan kepada rekan-rekan pelayanannya (ayat 21 – 24) yang telah bekerja keras. Tetapi walaupun demikian, pada akhirnya Paulus menutup surat itu dengan sebuah doxology, yaitu: “segala kemulian hanya bagi Tuhan” (ayat 27). Pujian dan penghargaan yang diberikan Paulus bagi rekan-rekan sepelayanannya agar mereka tetap bersemangat melayani dan berkarya, bukan bagi kemulian diri manusia, tapi bagi kemuliaan Tuhan saja.
Sesungguhnya “kemuliaan” itu tidak berkaitan dengan prestasi, kemewahan dan kedudukan, melainkan pada kualitas pribadi. Alkitab menyatakan: Tuhan Yesus adalah “cahaya kemuliaan Allah” (Ibrani 1:3), peristiwa Natal yaitu Allah menjadi manusia, menyatakan kemuliaan Allah (Yohanes 1:14). Sebab memang hanya Tuhan saja yang patut dimuliakan.
Mengapa memuliakan Tuhan? Yesaya 43:7 mengatakan itulah tujuan Allah menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia agar manusia memuliakan Dia, tetapi karena dosa membuat manusia tidak dapat lagi memuliakan Tuhan. Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini (Natal) memungkinkan manusia untuk kembali dapat memuliakan Tuhan. Memuliakan Tuhan bukan berarti membuat Tuhan menjadi mulia atau membuat Tuhan lebih mulia, karena Dia sudah mulia dan tidak kekurangan kemuliaan; kemuliaan Tuhan sudah sempurna.
Masa Adven adalah masa penantian kedatangan Tuhan Yesus kembali. Mari kita menyambut kedatanganNya kembali dengan sikap yang benar yaitu memuliakan Tuhan melalui seluruh aspek kehidupan kita. Sebab segala kemuliaan bagi Dia. Soli Deo Gloria. Amin.
JD