Ringkasan Kotbah

Tema: “Sahabat Yang Saling Menjaga
Galatia 6:1-5

Oleh: Bpk. Joy Manik

Secara utuh, kita melihat bahwa surat Galatia ini merupakan surat kiriman yang berisi peringatan kepada jemaat tentang penyelewengan terhadap ajaran Injil yang sebenarnya. Ajaran mengenai pembenaran oleh iman semata, bukannya oleh usaha manusia, telah diselewengkan sebagian jemaat Yahudi yang tetap bersikeras bahwa orang Kristen harus menjalankan hukum Taurat dengan ketat supaya bisa berkenan di hadapan Allah. (Galatia 2:16) – Bahkan di awal pembukaan surat ini, Paulus tidak menyatakan salam pembuka yang seperti biasanya ia lakukan. Berkali-kali Paulus memberikan teguran yang keras akan adanya orang yang memberitakan Injil yang lain, yang justru mendeskreditkan ke-rasulan Paulus saat itu(Gal 6:1)

Maka mulai pasal 5: 1-15, Paulus memberikan kebenaran yang berkaitan dengan kemerdekaan sebagai orang percaya di dalam Kristus dengan mengatakan: ‘Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” dan semua frase ini ditekankan lagi dalam pasal 5:16-26 yaitu hidup di dalam roh atau di dalam daging.

Jadi kita dapat melihat bahwa Galatia 6:1-5 pun tidak bisa dipisahkan dari semua kebenaran diatas ini. Paulus membukan dengan kalimat, ‘saudara-saudara’ yang menunjuk kepada jemaat yang telah menerima Kristus. Dan Paulus memulai membuat aplikasi yang praktis dengan membuka kemungkinan jika ada orang yang jatuh di dalam dosa. Kalimat ini membuka ruang bahwa setiap orang yang hidup dalam Roh akan senantiasa bergumul dengan kedagingannya dan pergumulannya bukan sekedar melanggar hukum taurat tetapi justru mereka yang tidak hidup dalam roh, atau bersandar pada Roh Kudus. Dalam pengertian lain, Paulus ingin menekankan bahwa orang yang hidup dalam daging sebenarnya adalah orang yang tidak menempatkan Tuhan diatas segalanya. Mereka ini sedang bergumul dengan berhala di dalam hati yaitu sifat kedagingan.

“Sebagaimana orang yang mencintai orang lain tanpa melupakan mantan pacarnya, demikian setiap perbuatan baik yang tidak berdasarkan kasih kepada Yesus adalah sebuah pengkhianatan terhadap hukum kasih” – maka kata ‘pelanggaran’ digunakan kata ‘paraptoma’ yang menunjuk bukan sekedar pada perbuatan dosa tetapi pelanggaran terhadap sebuah standar hukum. Yaitu hukum Kristus!.

Dalam kekristenan, dosa tidak hanya dipahami dengan perbuatan melanggar tetapi juga tidak melakukan apa yang seharusnya, sehingga tidak melakukan apa-apa adalah dosa, karena kita tahu seharusnya melakukan apa yang Tuhan inginkan. Dan apapun yang kita lakukan seharusnya didorong oleh kasih yang amat dalam pada Tuhan bukan karena takut dihukum karena melanggar hukum taurat.

Maka Paulus juga berkata: “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu” kata ‘beban’ juga dipakai oleh Paulus di 2 Kor 5:4 ‘Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa mengenakan yang lama...’ – dan kata ini selalu dikaitkan dengan beban yang bersifat rohani dalam rangka menuntaskan sebuah tujuan panggilan Tuhan yang pasti’
Walaupun beban hidup dalam dunia ini penting, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita merespon panggilan Tuhan dalam dunia ini.

Kita harus saling menjaga sahabat kita untuk senantiasa hidup di dalam roh, bukan sekedar supaya tidak jatuh dalam dosa. Karena semua pelanggaran dosa berkaitan erat dengan kondisi kerohanian seseorang yaitu berhala dalam hati kita. Jadi kita bisa memahami arti Paulus saat berkata: ‘kedapatan’ melakukan suatu pelanggaran. Kata ini bukan menunjuk kepada orang yang tertangkap basah karena melakukan dosa tetapi menunjuk kepada sifat dosa yang mengikat. (dalam terjemahan lain dikatakan: ‘Trapped’, ‘Entangled’ – mereka yang masuk dalam arus dunia ini dan mengikuti keinginan daging akan sulit untuk keluar. Maka sebagai sahabat kita dipanggil untuk saling menjaga dan bertolong-tolongan. Kita hanya bisa saling menjaga sahabat kita, ketika kita sendiri sadar dan tahu bahwa aku sendiri hanya bisa menegur seseorang jika aku hidup di dalam Roh, dan standarku dalam menilai bukanlah diriku sendiri tetapi kebenaran itu.

“Tidak perlu jadi orang yang terlihat sempurna di hadapan orang lain, tetapi jadilah orang yang mau disempurnakan bersama orang lain di dalam Kristus!”.


=JM=

Menu Utama

Sedang Online

We have 171 guests and no members online