Ringkasan Kotbah

Tema : “Memberi Diri Menjadi Alat Dalam RencanaNya
Lukas 1:26-38
Oleh: Pdt. Alex Liem

Ketika malaikat Gabriel datang memberi “Salam” kepada Maria, ia sempat terkejut     (Luk. 1:28-29), ternyata “Salam” dari malaikat membawa berita baik, bahwa Maria dipilih Allah untuk menjadi ibu Yesus secara fisik. Mengapa Allah memilih Maria menjadi alat dalam rencana-Nya? Bukankah masih banyak wanita-wanita yang lebih berkualitas menjadi ibu Yesus? Baik secara fisik, paras wajah yang cantik, mental dan rohani yang dewasa, latar belakang sosial yang mapan bahkan kemampuan ekonomi sekalipun. Namun Allah berkenan memilih seorang wanita yang relatif muda, dari kalangan sosial yang biasa-biasa saja, sebab ia rela dipakai untuk rencana-Nya yang luar biasa.
Allah juga berkenan memakai Saudara yang biasa-biasa untuk rencana-Nya yang luar biasa, jika Saudara memiliki sikap yang sama seperti Maria.


Pertama, Maria berkenan dipakai Tuhan, karena ia tidak mementingkan kepentingan diri atau mempertahankan harga dirinya (no reserve). Setiap orang punya harga diri atau kehormatan diri yang tidak bisa dibeli. Demikian juga citra diri dan martabat seseorang sangat berharga. Siapapun juga, tidak akan rela harga dirinya diinjak-injak atau dihina. Demikian juga Maria punya harga diri sama seperti yang lain. Tetapi ia tidak mempertahankan harga dirinya maupun citra dirinya bahkan martabatnya untuk kepentingan dirinya. Tetapi ia rela mengorbankan keperawanannya dengan tidak mempertahankan harga dirinya demi untuk kepentingan rencana Tuhan. Sekalipun resikonya berat dan terlalu mahal harga yang harus dibayar. Itu sebabnya, Allah berkenan memilih dan memakai Maria menjadi ibu Yesus, karena Maria meletakkan kepentingan rencana Tuhan di atas kepentingan atau harga dirinya. Suatu pelajaran rohani yang indah, jika kita memiliki sikap seperti Maria (no reserve) maka Allah berkenan memakai kita dalam rencana-Nya. Sebaliknya, jika kita lebih mementingkan kepentingan diri atau harga diri kita di atas kepentingan Tuhan, kita tidak akan dipilih atau dipakai Tuhan.

Kedua, bagi Maria (no excuse). Ia tidak minta dimaklumi, dimengerti, atau dikecualikan. Meskipun ia mempunyai alasan yang bisa ditoleransi. Katakanlah, ia masih muda, belum berpengalaman dan belum siap jadi ibu. Maria bisa minta excuse untuk tidak bersedia jadi ibu Yesus. Alasan kedua, Maria berasal dari rakyat jelata atau masyarakat yang berstatus social rendah (low estate) atau kalangan strata rendahan dari Nazaret. Ia juga menyebut dirinya sebagai hamba, miskin, dan tidak layak dibandingkan dengan wanita-wanita lain. Alasan ketiga, Maria bisa minta excuse sama Tuhan karena ia belum bersuami atau belum nikah. Jadi resikonya terlalu berat baik secara mental maupun moral, ia tidak sanggup menanggungnya. Ternyata Maria tidak menggunakan alasan-alasan ini untuk minta dimaklumi atau ditoleransi. Sebaliknya Maria berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.  Maria menyadari bahwa ia dipilih karena kasih karunia Tuhan, ia bukan siapa-siapa tapi seorang hamba yang menjalani perintah dan kehendak Tuhan. Seorang hamba yang baik tidak akan minta excuse sama tuannya.

Bagaimana dengan kita? Betapa sering kita minta excuse (minta dimaklumi, minta dispensasi), bahkan jadi penasihat Tuhan. Orang lain saja Tuhan, jangan aku. Kita sebut   si A, B, C sebagai pengganti posisi kita. Jika kita selalu minta excuse, bagaimana Tuhan berkenan memakai kita?.

Ketiga, Maria tidak bermental asal minta mundur (no retreat). Ia konsisten dalam panggilannya, ia berpegang teguh pada janji Tuhan. Meskipun ada resiko yang berat namun dibandingkan dengan janji berkat rohani Tuhan tentu melampaui segala pengorbanannya: (i) ia adalah orang yang memperoleh kasih karunia Tuhan, bukan karena kehebatannya tetapi rahmat Tuhan semata-mata (v. 28,30,50,54,58,72,78). Jika kita sekarang masih ada dan masih dipakai oleh Tuhan bukan karena kelebihan kita atau sudah cukup rohani, melainkan karena kasih karunia-Nya. (ii) Maria mengalami penyertaan Tuhan (v.28) “jangan takut” demikian kata malaikat. Kenyataannya kuasa Tuhan menyertai Maria dalam menghadapi berbagai kesulitan hingga ia melahirkan Yesus. Jika kita takut kesulitan dan mundur dari panggilan-Nya, maka kita tidak akan mengalami penyertaan-Nya. (iii) Maria mengandung dari Roh Kudus. Ini suatu pengalaman yang luar biasa, karena tidak semua orang dapat mengalami berkat Roh Kudus seperti Maria. Seandainya Maria mundur dari panggilan-Nya atau tidak percaya apa yang dikatakan malaikat maka tidak ada peristiwa yang spektakuler ini. Apakah saudara pernah berpikir mundur atau menyesali panggilan Tuhan? Kesulitan apapun yang kita hadapi, jangan pernah berpikir untuk mundur, sebab kita tidak akan mengalami penyertaan-Nya. Hanya dengan memberi diri dipakai dalam rencana-Nya, kita akan mengalami kasih karunia-Nya.

=AL=

Menu Utama

Sedang Online

We have 125 guests and no members online